Bisnis.com, JAKARTA- PT Perusahaan Perikanan Indonesia (Perindo) mematok target ekspor sebesar 25 persen pada tahun ini. Perusahaan pelat merah itu merevisi target dari sebelumnya 10 persen seiring tangkapan ikan yang meningkat.
Selama semester I/2022, Perindo berhasil merealisasikan serapan ikan hasil tangkapan nelayan sebesar 5.570 ton.
Direktur Utama PT Perikanan Indonesia Sigit Muhartono mengatakan pangsa pasar Perindo saat ini masih terbatas di kawasan Amerika dan Asia, minus Eropa. Menurutnya, penyebab ikan Indonesia belum bisa diterima negara benua biru lantaran belum terpenuhinya Sertifikat Sistem Ketelusuran (traceability) Hasil Perikanan.
“Di Eropa ini ada tambahan-tambahan lagi persyaratannya. Misalnya, ikan harus punya traceability, mereka harus tahu ikan ditangkap di mana, kapan ditangkapnya. Nah, penangkapan kita belum bisa ditelusuri, misalnya daerah tangkapnya Arafura tapi bongkarnya di Jawa, Jakarta, Banyuwangi dan lain sebagainya,” tutur Sigit saat dihubungi, Jumat (19/8/2022).
Dia berharap program penangkapan terukur Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bisa segera dirilis untuk menjawab tantangan tersebut.
“Nah penangkapan terukur yang akan dilakukan KKP bisa menjawab itu. Ada ketentuan di KKP, kalau nangkapnya di perairan tertentu, ikannya harus didaratkan Pelabuhan terdekat. Itu akan di-launch oleh KKP,” ujarnya.
Baca Juga
Adapun ikan yang banyak diekspor Perindo yaitu Ikan Cakalang, Ikan Tuna, Ikan Kembung, Ikan Tongkol, Ikan Deho, Ikan Layang dan Gurita. Ikan tersebut diperoleh dari nelayan di sejumlah cabang PT Perikanan Indonesia yaitu di Pekalongan, Belawan, Brondong, Pemangkat, Ambon, Bacan, Benoa, Bitung, Gorontalo, Makasar, Padang, Sorong, Surabaya dan Tegal.
“Total mitra nelayan PT Perikanan Indonesia di seluruh Indonesia berjumlah 1.400 nelayan,” tambah Sigit.
Sigit mengungkapkan produk ikan yang diserap PT Perikanan Indonesia dari nelayan ini merupakan bahan baku yang akan dilakukan pengolahan sebelum dijual. Dalam proses pengolahan, PT Perikanan Indonesia akan fokus ke arah hilirisasi produk untuk memaksimalkan nilai tambah.
“Kami memang sudah punya rencana akan mengkalengkan produk ikannya, ready to cook. Sekarang lagi digodok proyeknya. Kami tidak harus memiliki pabrik, tinggal kerja sama dengan pabrik pengalengan, akan di-launching tahun ini, kami tidak buat pabrik karena investasinya cukup mahal,” jelas Sigit.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor perikanan di Indonesia pada kuartal I/2022 mencapai US$1,53 miliar atau naik 21,63 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Pada periode tersebut, Amerika Serikat menjadi negara tujuan ekspor utama dengan nilai sebesar US$727,27 juta. Kemudian disusul Tiongkok sebesar US$214,39 juta, Jepang sebesar US$151,62 juta, ASEAN sebesar US$151,26 juta, dan Uni Eropa sebesar US$78,17 juta.
Dari sisi komoditas, Udang menjadi favorit dengan nilai sebesar US$621,92 juta atau 40,64 persen terhadap nilai ekspor total, disusul Tuna-Cakalang-Tongkol US$189,53 juta (12,39 persen), Rajungan-Kepiting US$172,56 juta (11,28 persen), Cumi-Sotong-Gurita US$154,53 juta (10,10 persen), Rumput Laut US$114,26 juta (7,47 persen), dan Tilapia US$14,86 juta (0,97 persen).