Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hilirisasi Nikel Berhasil, Jokowi Bidik Ekspor Besi dan Baja Rp440 Triliun

Presiden Jokowi mengemukakan hilirisasi nikel telah berhasil memacu ekspor besi baja mencapai 18 kali lipat.
Foto udara pabrik pengolahan nikel milik PT Aneka Tambang Tbk. di Kecamatan Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Senin (24/8/2020). PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) mencatat pertumbuhan positif kinerja produksi unaudited komoditas feronikel pada periode triwulan ke-2 tahun 2020 sebesar 6.447 ton nikel dalam feronikel (TNi) atau naik sebesar dua persen dibandingkan kuartal sebelumnya. ANTARA FOTO/Jojon
Foto udara pabrik pengolahan nikel milik PT Aneka Tambang Tbk. di Kecamatan Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Senin (24/8/2020). PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) mencatat pertumbuhan positif kinerja produksi unaudited komoditas feronikel pada periode triwulan ke-2 tahun 2020 sebesar 6.447 ton nikel dalam feronikel (TNi) atau naik sebesar dua persen dibandingkan kuartal sebelumnya. ANTARA FOTO/Jojon

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo atau Jokowi membeberkan hilirisasi nikel telah berhasil meningkatkan ekspor besi baja mencapai 18 kali lipat hingga pertengahan 2022. 

Berdasarkan catatan Jokowi, nilai ekspor besi baja pada 2014 berada di angka Rp16 triliun, selanjutnya pada 2021 meningkat menjadi Rp306 triliun. Di akhir 2022, Jokowi berharap torehan ekspor bisa mencapai Rp440 triliun. 

“Itu hanya dari nikel. Selain penerimaan pajak, devisa negara juga naik, sehingga kurs rupiah lebih stabil,” kata Jokowi saat  menyampaikan Pidato dalam Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR dan DPD Tahun 2022 di Ruang Rapat Paripurna, Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD, Selasa (16/08/2022). 

Belakangan, Jokowi mengatakan Indonesia telah menjadi produsen kunci dalam rantai pasok baterai lithium global. Dia membeberkan sejumlah produsen mobil listrik dari Asia, Eropa dan Amerika Serikat ikut berinvestasi di Indonesia. 

“Setelah nikel, Pemerintah juga akan mendorong hilirisasi bauksit, hilirisasi tembaga, dan timah. Kita harus membangun ekosistem industri di dalam negeri yang terintegrasi,” tuturnya. 

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan terdapat tambahan tujuh pabrik pemurnian dan pengolahan mineral logam atau smelter yang dapat beroperasi pada akhir tahun ini. Dengan tambahan tujuh smelter baru, maka total smelter yang bakal efektif beroperasi hingga akhir tahun ini mencapai 28 unit.

Adapun, Kementerian ESDM mencatat total investasi yang dibutuhkan untuk upaya percepatan pembangunan smelter hingga 2023 mencapai US$30 miliar atau setara dengan Rp435 triliun (kurs Rp14.500/US$). Rencana anggaran itu naik 36,3 persen dari posisi awal yang dipatok sebesar US$22 miliar atau setara dengan Rp319 triliun pada 2021.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper