Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Kenaikan Harga Komoditas Melandai, Surplus Neraca Dagang Diproyeksi Menyusut

Menurutnya, neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada 2022 berpotensi mencatat surplus kecil sebesar 0,03 persen dari PDB.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Surplus neraca perdagangan hingga akhir tahun berpotensi menyusut sejalan dengan kinerja impor yang meningkat dan mulai melandainya harga komoditas di pasar global.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan impor ke depan akan menyusul kinerja ekspor, seiring dengan percepatan pemulihan ekonomi domestik.

Di samping itu, tren kenaikan sebagian besar harga komoditas sudah mulai mereda di tengah kekhawatiran resesi global.

“Hal ini dapat berisiko melemahnya kinerja ekspor di pada semester II/2022. Namun, pertumbuhan impor diperkirakan tetap solid karena pertumbuhan ekonomi Indonesia terlihat terus meningkat berkat pelonggaran PPKM yang meningkatkan mobilitas masyarakat,” katanya, Senin (15/8/2022).

Menurutnya, neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada 2022 berpotensi mencatat surplus kecil sebesar 0,03 persen dari PDB.

Pada kesempatan berbeda, analis makroekonomi dari Bank Danamon Irman Faiz juga memperkirakan penurunan surplus neraca perdagangan akan terus berlanjut hingga akhir tahun.

Namun demikian, surplus dari neraca dagang kata Faiz diperkirakan masih dapat menahan defisit transaksi berjalan pada level yang rendah, yaitu sekitar 0,5 persen dari PDB.

“Ekspor diperkirakan menurun seiring dengan perlambatan ekonomi dunia dan koreksi harga komoditas, sementara ekonomi domestik yang membaik mendorong permintaan untuk barang impor, terutama raw materials untuk manufaktur,” kata dia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan pada Juli 2022 sebesar UUS$4,22 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan capaian surplus pada Juni 2022 yang mencapai US$5,15 miliar.

Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh kinerja ekspor yang tumbuh sebesar 32,03 persen secara tahunan, melambat dari bulan sebelumnya 40,68 persen secara tahunan. Secara bulanan, ekspor pada Juli 2022 turun sebesar -2,20 persen.

Penurunan terutama didorong oleh penurunan beberapa harga komoditas di tengah meningkatnya risiko resesi global dan permintaan yang lebih rendah dari China.

Di sisi lain, impor pada Juli 2022 tumbuh sebesar 39,86 persen secara tahunan, lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 21,98 persen. Secara bulanan, impor meningkat sebesar 1,64 persen, yang menunjukkan permintaan domestik tetap kuat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper