Bisnis.com, JAKARTA — Kontribusi kontribusi rumah tangga terhadap produk domestik bruto atau PDB terus menurun dalam beberapa bulan terakhir. Padahal, konsumsi domestik selalu menjadi penopang bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk saat pandemi Covid-19.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi kuartal II/2022 mencapai 5,4 persen (year-on-year/YoY). Konsumsi rumah tangga masih menjadi kontributor utama pertumbuhan itu, dengan porsi 51,47 persen terhadap PDB.
Meskipun begitu, kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap PDB ternyata mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Pada kuartal II/2019 kontribusinya 55,79 persen, lalu kuartal II/2020 naik menjadi 57,85 persen, tetapi kuartal II/2021 turun ke 55,07 persen dan berlanjut pada kuartal kedua tahun ini.
Kontribusi konsumsi tumah tangga terus menurun meskipun kinerjanya tumbuh dalam dua tahun terakhir. Pada kuartal II/2022, pertumbuhan konsumsi rumah tangga terkontraksi 5,52 persen sebagai imbas pandemi Covid-19, tetapi kuartal II/2021 mampu tumbuh 5,96 persen dan kuartal kedua tahun ini tumbuh 5,51 persen.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut bahwa turunnya porsi konsumsi rumah tangga pada kuartal II/2022 berkaitan dengan tingginya kinerja ekspor. BPS memang mencatat bahwa kontribusi ekspor 24,68 persen terhadap PDB kuartal II/2022 memang tumbuh 19,74 persen (YoY), tertinggi dari komponen lainnya.
Meskipun begitu, Airlangga tidak memberi penjelasan mengenai kenapa porsinya turun dari tahun ke tahun, bahkan sebelum terjadi commodity boom. Dia hanya menyebut bahwa konsumsi akan terjaga karena perekonomian sudah mulai pulih.
Baca Juga
"Pemerintah masih punya cadangan [untuk meningkatkan konsumsi], dari governmen spending pada kuartal II/2022 yang masih bisa kita dorong dan dialihkan ke kuartal III dan IV," ujar Airlangga dalam konferensi pers tentang perkembangan perekonomian Indonesia terkini, Jumat (5/8/2022).
Dia berdalih bahwa siklus anggaran pemerintah memang cenderung memiliki posisi belanja yang rendah pada semester pertama, dan akan meningkat pada semester kedua sehingga memicu konsumsi. Atas alasan itu, Airlangga meyakini bahwa konsumsi rumah tangga tetap akan tumbuh.
"[Belanja] perlindungan sosial dan bantuan sosial akan kami genjot [untuk menjaga konsumsi]," katanya.