Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Was-was, Sri Mulyani Khawatirkan 4 Faktor Penghambat Ekonomi ke Depan

Faktor penghambat perekonomian di Indonesia datang dari teknologi hingga efek kebijakan negara maju.
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani dan Menteri Keuangan AS Janet Yellen di agenda pertemuan bilateran Indonesia-AS di sela-sela Finance Minister and Central Bank Governors (FMCBG) G20 Nusa Dua, Bali (16/7/2022)/Antara
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani dan Menteri Keuangan AS Janet Yellen di agenda pertemuan bilateran Indonesia-AS di sela-sela Finance Minister and Central Bank Governors (FMCBG) G20 Nusa Dua, Bali (16/7/2022)/Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Indrawati menyampaikan masih terdapat sejumlah tantangan yang berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2022 tumbuh sebesar 5,44 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari capaian kuartal sebelumnya.

Sri Mulyani mengatakan, capaian tersebut mengindikasikan Indonesia berada dalam posisi yang baik, di mana antara sisi permintaan dan penawaran terjaga.

Di samping itu, tingkat inflasi juga relatif stabil sejalan dengan penambahan subsidi yang diberikan oleh pemerintah, baik melalui subsidi energi maupun bantuan sosial.

“Di negara lain, barangkali inflasi sudah sangat tinggi, sementara pemulihan dari sisi penawaran tidak besar, jadi pertumbuhan belum tinggi sekali,” katanya dalam acara peluncuran buku PEN, Jumat (5/8/2022).

Namun demikian, Sri Mulyani mengingatkan masih ada sejumlah tantangan ke depan, terutama dari sisi eksternal.

Pertama, yaitu langkah agresif bank sentral negara maju, terutama Amerika Serikat (AS). Jika the Fed kembali menaikkan suku bunga acuan secara agresif, maka dikhawatirkan perekonomian negara itu akan mengalami perlambatan.

Kebijakan the Fed tersebut memberikan dampak bagi perekonomian global, termasuk negara berkembang. Kenaikan suku bunga the Fed yang tinggi akan mengerek tingkat suku bunga US Treasury, sehingga akan menahan masuknya aliran modal asing, juga mempengaruhi stabilitas nilai tukar di negara berkembang.

Tantangan kedua, yaitu ketegangan geopolitik. “Yang lebih sulit diprediksi adalah geopolitik, kalau kemarin kita bicara Rusia dan Ukraina, sekarang yang dekat dengan kita, Taiwan, kita harap tidak berkembang [ketegangan geopolitik],” jelasnya.

Ketiga, yaitu perubahan iklim. Sri Mulyani mengatakan, perubahan iklim saat ini pun mulai mengancam banyak negara, beberapa fenomena yang terjadi diantaranya kenaikan suhu ekstrem di India, gelombang panas yang terjadi di Eropa, dan kekeringan di Afrika.

Lebih lanjut, keempat, tantangan yang perlu terus dicermati menurut Sri Mulyani adalah teknologi digital. Pasalnya, sektor ini menurutnya akan memainkan peran yang sangat penting, baik saat ini maupun di masa mendatang.

“Misal dengan munculnya mata uang digital, mata uang kripto, jadi sebagai negara yang terbuka, kita harus sangat aware terhadap kemungkinan dinamika yang terjadi setiap saat di negara ini ataupun secara global,” kata dia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper