Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menyampaikan bahwa Indeks Harga Produsen pada kuartal II/2022 telah mencapai 11,77 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Menurutnya, peningkatan tersebut merupakan indikasi yang cukup signifikan dari adanya lonjakan inflasi dari sisi penawaran.
“Ini indikasi biaya produksi sudah meningkat, jadi produsen sudah mengalami tekanan harga yang jauh lebih mahal dibandingkan kondisi sebelumnya. Sebelum 2021 ke belakang, tingkat HP tercatat lebih rendah dari tingkat IHK [Indeks Harga Konsumen],” katanya, Kamis (4/8/2022).
Riefky mengatakan, tingkat harga produsen yang lebih tinggi tersebut akan berdampak langsung pada harga di level konsumen di masa mendatang Saat ini, gap dari IHP dan IHK masih tercatat jauh. Inflasi IHK pada Juli 2022 tercatat mencapai 4,94 persen secara tahunan.
Menurut Riefky, hal ini dikarenakan produsen masih belum menaikkan harga di tingkat konsumen karena mengkhawatirkan pemulihan ekonomi yang akan terganggu dan permintaan masyarakat menurun.
Di samping itu, peningkatan subsidi dan kompensasi energi yang diberikan pemerintah juga menahan kenaikan harga, khususnya pada produk energi.
Riefky memperkirakan, gap antara inflasi IHP dan IHK ke depan akan menyempit karena konsumen akan menanggung biaya pass-through yang signifikan.
Baca Juga
“Jika ke depan profit margin sudah tipis dan produsen akan pass-through harga yang lebih masif, IHK bisa naik cukup drastis, ini yang perlu kita antisipasi dalam beberapa waktu ke depan,” imbuhnya.