Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky memprediksi perekonomian Indonesia akan selamat dari risiko stagflasi global yang saat ini melanda negara-negara di dunia.
Dia mengatakan kenaikan harga komoditas dan ketegangan geopolitik yang masih terus berlangsung hingga saat ini telah memangkas prospek pertumbuhan ekonomi global. Berbagai negara di dunia pun telah menunjukkan perkembangan ekonomi dan inflasi yang mengindikasikan risiko stagflasi yang semakin kuat.
“Namun, kami melihat bahwa kondisi suram ekonomi global tidak terlihat pada kondisi ekonomi domestik," katanya dalam konferensi pers, Kamis (4/8/2022).
Riefky menjelaskan windfall yang berasal dari lonjakan harga komoditas memungkinkan pemerintah Indonesia untuk memperluas stimulus fiskal untuk menunda kenaikan inflasi.
Sementara itu, kata dia, pemerintah Indonesia tetap membangun momentum pemulihan ekonomi.
“Dengan demikian, kegiatan konsumsi dan produksi akan tetap berjalan aman,” jelasnya.
Baca Juga
Meski tekanan inflasi terus meningkat, indikator perekonomian terkini pada sektor riil menunjukkan bahwa aktivitas konsumsi dan produksi masih cukup kuat.
Dia menilai tekanan inflasi yang relatif terjaga dibandingkan negara lain dan tumbuhnya aktivitas ekonomi mendorong kecilnya probabilitas terjadinya stagflasi di Indonesia, setidaknya dalam waktu dekat.
Meski demikian, Riefky mengatakan kondisi ini perlu tetap menjadi perhatian utama dan diwaspadai. Pasanya, kurangnya fokus dalam pengendalian risiko memiliki potensi dampak yang cukup besar dalam menghadapi ketidakpastian saat ini.
Koordinasi dan kolaborasi menurutnya perlu terus dijaga oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi. Jika tidak dilakukan secara baik, maka akan berdampak parah terhadap daya beli masyarakat dan menimbulkan risiko resesi.
“Mengendalikan stabilitas nilai tukar Rupiah juga tidak kalah penting dengan mengendalikan tingkat harga domestik,” kata dia.