Bisnis.com, JAKARTA — Porsi penggunaan bahan baku dalam negeri dalam produksi produk garmen di Indonesia masih kalah dari bahan baku yang didatangkan melalui mekanisme impor.
Ketua Umum Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengungkapkan dari sekitar 1,26 juta ton garmen yang diproduksi di Indonesia setiap tahun, hanya 40 persen yang menggunakan bahan baku lokal.
"Hanya 40 persen yang bahan bakunya dari dalam negeri. Atau sekitar 504.000 ribu ton per tahun," kata Redma kepada Bisnis.com, Minggu (31/7/2022).
Menurutnya, mayoritas bahan baku asing di industri garmen Indonesia berasal dari China, India, Korea Selatan, dan Taiwan.
Total, konsumsi produk garmen tahunan masyarakat di Indonesia mencapai 1,8 juta ton. Sebanyak 70 persen di antaranya sudah diproduksi di dalam negeri, baik dengan bahan baku lokal maupun asing.
Sisanya, kata Redma, garmen di pasar domestik diisi oleh produk-produk dari sejumlah negara. Mayoritas dari China, Bangladesh, Korea Selatan, dan Vietnam.
Baca Juga
Menurutnya, hal yang mesti diperhatikan pemerintah secara lebih serius adalah memastikan industri TPT dalam negeri aman dari gempuran produk-produk impor maupun yang berstatus ilegal.
Kedua persoalan tersebut dinilai menjadi momok paling menakutkan bagi pelaku industri TPT dalam negeri yang juga sedang terbebani masalah tingginya harga bahan baku.
Apsify mencatat, jumlah rerata produk garmen ilegal yang masuk ke Indonesia sebanyak 300.000 ton per tahun. Jumlah tersebut setara dengan sekitar 15 persen konsumsi garmen masyarakat Indonesia.
Saat ini, sambung Redma, jumlah total konsumsi garmen nasional tercatat sebanyak 1,8 juta ton per tahun.