Bisnis.com, JAKARTA -- Investasi ke industri pangan dalam negeri dinilai bisa menyelamatkan Indonesia dari kontraksi pertumbuhan ekonomi yang berpotensi terjadi pada 2023.
Direktur Eksekutif Next Policy Fithra Faisal Hastiadi mengatakan Indonesia berpotensi mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi mulai kuartal II/2023 jika gagal menjaga persediaan komoditas pangan. Salah satu hal yang dikhawatirkan adalah agresifitas berlebihan RI dalam mengekspor komoditas pangan.
"Tanpa kontrol, produksi dalam negeri akan menipis dan persediaan pangan domestik menjadi langka. Hal tersebut bakal memicu kontraksi pertumbuhan ekonomi di kisaran 0,7 0,8 persen," kata Fithra kepada Bisnis, Selasa (26/7/2022).
Alih-alih terlalu semangat meraup cuan dari aktivitas ekspor, Fithra menilai akan lebih menguntungkan bagi Indonesia ketika mampu membawa investor masuk sehingga terjadi pengembangan dari sisi kapasitas produksi.
Pada perkembangan lain, Japan Bank for International Cooperation (JBIC) sudah memberikan sinyal positif menyoal investasi di industri pangan dan pupuk Indonesia.
Dalam pertemuan dengan pemerintah RI baru-baru ini di Tokyo, Gubernur JBIC Nobumitsu Hayashi menyambut baik tawaran investasi di bidang pangan dan pupuk dari Kemenko Perekonomian Airlangga Hartarto.
"JBIC mendukung tawaran investasi di bidang pangan dan pupuk, seiring meningkatnya jumlah populasi penduduk maka kebutuhan pangan akan terus meningkat," kata Hayashi.
Dukungan JBIC terhadap potensi investasi anyar di industri pangan dan pupuk dilatarbelakangi oleh urgensi Jepang dalam menjaga kondisi supply chain di kedua sektor tersebut.