Bisnis.com, JAKARTA - Orang kepercayaan miliarder George Soros, Dawn Fitzpatrick, memperingatkan bahwa resesi AS akan datang dan tak dapat dihindari.
Dikutip dari Fortune dan Business Insider, Fitzpatrick juga memperkirakan bahwa ethereum akan menguat dan melampuai harga bitcoin. Di sisi lain, dia menilai Federal Reserve terlambat mengatasi inflasi dalam episode baru-baru ini.
Proyeksi tersebut disampaikannya dalam wawancara Bloomberg Wealth with David Rubenstein. Fitzpatrick menjabat sebagai CEO dan CIO Soros Fund Management.
Dengan demikian, dia mengelola sekitar US$28 miliar kekayaan George Soros. Dalam wawancara dengan Bloomberg, Fitzpatrick mengungkapkan bahwa manajemen membidik portofolio yang luas dan perusahaan akuisisi tujuan khusus (SPAC).
Dia pun memperingatkan investor untuk tidak menyerah pada rasa takut kehilangan. Pasalnya, ketakutan tertinggal atau fear of missing out (FOMO) berdampak besar pada investor. Hal ini akan membawa investor untuk membeli aset di harga mahal dan menjual di harga murah.
"Ada waktunya kita harus sabar," tegas tangan kanan Soros tersebut. Terkait dengan resesi, dia menilai resesi tidak dapat dihindari, tetapi dia tidak setuju dengan prediksi pasar bahwa resesi akan membawa ke kejatuhan yang datang pada awal tahun depan.
Baca Juga
"Intinya adalah resesi tidak bisa dihindari. Ini masalah kapan, dan pasar akan segera memperkirakannya," ujarnya. Menurutnya, pasar bisa saja salah, karena konsumen AS sebenarnya berada dalam kondisi yang sangat baik, baik dalam hal tabungan dan kredit.
Dia yakin the Fed akan terus menaikkan suku bunga. Bank sentral AS akan bergerak cepat. Sementara itu, Kepala Eksekutif Roubini Macro Associates Nouriel Roubini menuturkan bahwa AS akan mengalami resesi hingga krisis keuangan yang buruk.
"Ide yang menungkapkan bahwa kondisi ini akan pendek dan dangkal benar-benar delusional," ujarnya dilansir oleh The Street. Sebagai catatan, Roubini adalah salah satu ekonom yang berhasil memprediksikan krisis keuangan 2008.
“Pada 1970-an, kami [AS] mengalami stagflasi, tetapi tidak ada krisis utang besar-besaran, karena tingkat utang rendah. Setelah 2008, kami mengalami krisis utang, diikuti oleh inflasi atau deflasi yang rendah, karena krisis kredit telah menghasilkan kejutan permintaan yang negatif.”
Saat ini, dia menilai AS menghadapi guncangan pasokan dalam konteks tingkat utang yang jauh lebih tinggi. Kondisi ini menyiratkan bahwa AS sedang menuju kombinasi stagflasi gaya 1970-an dan krisis utang gaya 2008 – yaitu, krisis utang stagflasi.
Untuk fiskal 2021, yang berakhir 30 September, defisit anggaran AS mencapai 12 persen dari PDB, rasio terburuk kedua sejak 1945.