Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PE Dihapus tapi TBS Masih Murah, Apkasindo Tuding Ulah Pengusaha Sawit

Penghapusan Pungutan Ekspor atau PE minyak sawit mentah belum mendongkrak harga TBS di tingkat petani.
Pekerja mengumpulkan buah kelapa sawit di salah satu tempat pengepul kelapa sawit di Jalan Mahir Mahar, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Selasa (26/4/2022). Antara/Makna Zaezar
Pekerja mengumpulkan buah kelapa sawit di salah satu tempat pengepul kelapa sawit di Jalan Mahir Mahar, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Selasa (26/4/2022). Antara/Makna Zaezar

Bisnis.com, JAKARTA-Asosiasi Petani Kelapa Sawit (Apkasindo) menuding rendahnya harga tandan buah segar (TBS) sawit merupakan ulah pengusaha yang menghembuskan isu tidak lancarnya ekspor meski Pungutan Ekspor (PE) minyah sawit mentah (CPO) dihapus.

Ketua Umum Apkasindo Gulat Manurung mengatakan ekspor CPO sejatinya tidak menurun drastis. Dia merinci menurut data Kementerian Keuangan, sampai 23 Juli 2022 ekspor CPO sudah berlangsung 1,3 juta ton atau 47 persen dari tahun lalu sebesar 2,77 juta.

“Artinya apa, ekspor lancar gak jelek jelek banget. Tapi frame  [ekspor tersendar] ini untuk membuat harga TBS terpuruk harganya,” ujar Gulat dalam diskusi virtual CNBC, Senin (25/7/2022).

Dalam paparan Gulat, pada bulan April 2022 ekspor CPO sebesar 2,5 8 juta ton, turun 20 persen dari tahun lalu di bulan yang sama. Bulan Mei ekspor 1,01 juta ton atau turun 67 persen dibanding Mei 2021. Tetapi bulan Juni ekspor mencapai 2,51 juta ton atau naik 28 persen dari bulan Juni tahun lalu.

Namun, kata dia, harga TBS tetap terpuruk. Hal itu diakibatkan, kata Gulat, pihak eksportir terus mendengungkan isu bahwa ekspor terhambat untuk menjatuhkan harga TBS.

Kemudian, perusahaan refinery atau pemurnian minya sawit membeli harga CPO ke Perusahaan Kelapa Sawit (PKS) dengan harga murah.

“Refinery akan membeli CPO dari PKS yang tidak punya jejaring untuk ekspor seperti pak Sahat bilang tadi, mau gak jual Rp8.000/kg CPO dan selanjutnya PKS karena cuma dibeli Rp8.000 maka akan nendang lagi ke petani TBS-nya dibeli Rp1.100. Semua ini berdampak sistemik,” ujar Gulat.

Menurut Gulat, dengan dinolkannya PE menjadi nol, seharunya TBS petani naik Rp1.000/kg.

“Faktanya, TBS kami hanya terdongkrak Rp250. Hitungan kami jika harga CPO Rp3.000/kg yang jika dikonversikan ke TBS kami sebesar Rp1.000. Harusnya harga TBS kami RP2.450/kg jika dikurangi beban pungutan ekspor [sebesar US$200/ton],” ungkap Gulat.

Sebelumnya, Plt. Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Sahat Sinaga mengatakan tarif Pungutan Ekspor dihapus tidak ada hubungannya dengan peningkatan ekspor CPO. “Sering merasa malu, kalau republik ini beranggapan ketika tarif nol [PE] naik. Hubungannya apa? Kayaknya perlu dilihat. Ekspor itu akan menggelinding jika model DMO yang ribet ini dihapuskan,” ujar Gulat dalam acara tersebut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Indra Gunawan
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper