Bisnis.com, JAKARTA — Neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2022 diperkirakan surplus sebesar US$3,34 miliar, meningkat dibandingkan capaian surplus Mei 2022 sebesar US$2,90 miliar, meski sejumlah bahan ekspor andalan seperti CPO telah mengalami koreksi harga.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan capaian surplus pada Juni 2022 tersebut terutama akan didorong oleh kinerja perdagangan yang meningkat sejalan dengan dicabutnya larangan ekspor minyak sawit.
“Kami memperkirakan ekspor Indonesia pada Juni 2022 akan tumbuh 30,51 persen secara tahunan, berkat pencabutan larangan ekspor minyak sawit,” katanya, rabu (13/7/2022).
Di samping itu, peningkatan ekspor juga didorong oleh harga batu bara terus meningkat pada Juni 2022, sementara harga CPO tercatat turun. Faisal memperkirakan impor Indonesia pada Juni 2022 akan tumbuh sebesar 21,15 persen secara tahunan.
Perkembangan impor tersebut sejalan dengan berlanjutnya pemulihan permintaan domestik dan periode panjang pasca Lebaran.
Lebih lanjut, Faisal memperkirakan neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) akan mencatatkan surplus kecil pada 2022.
Baca Juga
“Kami mempertahankan ekspektasi kami bahwa surplus perdagangan ke depan cenderung menyusut karena impor akan mengikuti ekspor seiring dengan percepatan pemulihan ekonomi domestik,” jelasnya.
Sejalan dengan itu, tren kenaikan harga sebagian besar komoditas mulai mereda di tengah kekhawatiran resesi global yang berujung pada stagflasi. Hal ini menurut Faisal berisiko menahan kinerja ekspor pada semester II/2022.
“Secara keseluruhan, kami masih memperkirakan neraca transaksi berjalan tahun 2022 berpotensi mencatat surplus kecil sebesar 0,03 persen dari PDB,” kata Faisal.