Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pensiunkan Pembangkit Diesel, Pemerintah Siapkan Dana Hampir Rp18 Triliun

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral membutuhkan dana sekitar Rp17,96 triliun untuk mengkonversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) menjadi energi baru dan terbarukan.
Ilustrasi petugas membersihkan PLTS atap./Istimewa
Ilustrasi petugas membersihkan PLTS atap./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memperkirakan biaya yang dibutuhkan untuk konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) menjadi energi baru dan terbarukan sekitar US$1,2 miliar atau setara dengan Rp17,96 triliun, kurs Rp14.969.

Adapun, dengan investasi tersebut, Kementerian ESDM optimistis bisa menghasilkan kapasitas daya mencapai 1.219 megawatt (MW) pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) program dedieselisasi.

Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 PLN mengamanatkan terdapat 1.219 MW PLTS terbangun lewat program dedieselisasi dengan kapasitas PLTD yang dapat dikonversi mencapai 499 MW. Adapun commercial operation date (COD) itu ditarget sepanjang 2023 sampai 2025.

“Pelaksanaannya masih terus berproses, namun perkiraan biaya jika menggunakan asumsi biaya investasi 1 MWp PLTS adalah sekitar US$1 juta maka untuk 1.219 MW membutuhkan investasi sekitar US$1,2 miliar,” kata Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM Andriah Feby Misna, Rabu (13/7/2022).

Sesuai hasil pemantauan Kementerian ESDM bersama dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN, terdapat sekitar 37 MW di 36 lokasi yang sudah masuk tahap pengadaan. Andriah berharap target konversi PLTD itu dapat rampung paling lambat 2025 sesuai dengan amanat yang tertuang dalam RUPTL milik PLN.

Adapun terdapat tiga skema pada program dedieselisasi tahap pertama yang akan dikerjakan PLN. Pertama hybrid dengan PLTS dengan total kapasitas PLTD sebesar 499 MW. Kedua lewat konversi PLTD ke pembangkit berbasis gas dengan total kapasitas mencapai 304 MW. Lalu perluasan jaringan dengan total kapasitas sebesar 1.070 MW.

“Ditjen EBTKE bersama dengan Ditjen Ketenagalistrikan juga terus mengawal program ini dan berusaha melakukan fasilitasi terhadap kendala-kendala yang muncul untuk dapat dicarikan solusinya,” kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo membeberkan biaya pokok produksi atau BPP listrik berbasis diesel sempat menyentuh di angka Rp23 triliun saat rencana kerja dan anggaran perusahaan atau RKAP menetapkan harga minyak mentah Indonesia atau ICP sebesar US$63 per barel.

“Harga minyak mentah saat ini sudah di atas US$110 per barel, ada dampak pada kenaikan ongkos kami yaitu per dolar per barelnya dampaknya US$500 biaya operasional. Maka, kenaikkan US$40 sampai US$45 akan berdampak pada Rp20 triliun hingga Rp23 triliun untuk BPP kami,” kata Darmawan saat menggelar konferensi pers, Jakarta, Jumat (1/7/2022).

Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030, perusahaan energi pelat merah itu telah menetapkan rencana pengembangan pembangkit listrik tenaga diesel konversi dalam kurun waktu 5 tahun. Pembangkit berbasis bahan bakar minyak itu akan dipensiunkan secara bertahap.

Rencana PLN itu sebetulnya telah ditetapkan sejak tahun lalu sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemerintah mengurangi emisi karbon dan mencapai bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025. Program konversi pembangkit EBT itu masuk dalam pilar Green yang ada di PLN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper