Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan torehan investasi pada kegiatan hulu Migas nasional baru mencapai US$4,8 miliar atau setara dengan Rp71,93 triliun, kurs Rp14.986 pada semester I/2022. Torehan itu relatif kecil di tengah momentum harga minyak mentah dunia yang masih tertahan tinggi hingga pertengahan tahun ini.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengakui momentum harga komoditas itu tidak secara langsung berdampak positif pada minat investor dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk menanamkan modal mereka pada industri hulu Migas dalam negeri.
Kendati demikian, Dwi optimis, masa pemulihan dari pandemi pada paruh kedua tahun ini bakal turut memperbaiki kinerja investasi dan produksi pada kegiatan hulu Migas nasional.
Adapun, dalam pertemuan CEO Forum ke-2, SKK Migas bersama dengan CEO KKKS sepakat menjalankan lima rekomendasi dalam rangka peningkatan kinerja hulu Migas Nasional dengan jangka waktu pendek hingga 2030.
“Rekomendasi yang ada mencerminkan kebutuhan riil dari industri hulu migas, dan kami berharap para pemangku kepentingan memberikan dukungannya untuk merealisasikan rekomendasi tersebut”, kata Dwi dikutip dari siaran pers, Selasa (12/7/2022).
Kelima rekomendasi yang disepakati itu di antaranya berkaitan dengan upaya peningkatan produksi Migas jangka pendek, pengkajian cost and benefit, optimalisasi program filling the gap, pendalaman mekanisme EOR serta penyiapan WP&B 2023 mendatang.
“Saat ini kita sudah memiliki buku panduan harga migas Semester I dan saya berharap sudah dipergunakan untuk membantu perencanaan dan operasional komersialisasi migas sehingga akan didapatkan tingkat efisiensi yang lebih tinggi dan optimalisasi penerimaan negara dan KKKS,” ujarnya.
Kendati kinerja investasi cenderung lamban, SKK Migas masih tetap mencatatkan penerimaan negara yang positif dari industri hulu Migas sebesar US$9,7 miliar atau setara dengan Rp145,15 triliun, kurs Rp14.964, pada semester pertama 2022.
Selain itu, SKK Migas turut melaporkan capaian reserve replacement ratio (RRR) yang sudah di angka 77 persen serta cost recovery yang berhasil dijaga pada level rendah sebesar US$3,2 Miliar atau setara dengan Rp47,88 triliun.
Sebelumnya, Premier Oil, bagian dari Harbour Energy company, operator blok Andaman II yang terletak 150 kilometer lepas pantai Aceh menemukan cadangan minyak dan gas bumi.
Penemuan tersebut diperoleh setelah Premier Oil menyelesaikan pengeboran sumur eksplorasi Timpan-1 pada kedalaman air 4.245 kaki. Sumur di bor secara vertikal total pada kedalaman 13.818 kaki di bawah laut. Berdasarkan pengujian, sumur mengalirkan gas sebesar 27 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan 1.884 barel kondensat per hari (BOPD).
Premier Oil Andaman Ltd. akan segera melakukan studi evaluasi post drill untuk menentukan langkah eksplorasi selanjutnya dalam usaha mengkomersialisasikan penemuan itu di lepas pantai cekungan Sumatra Utara.