Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tiga Sektor Ini Akan Pulih di China di Paruh Kedua, Begini Analisisnya

Credit Suisse memperkirakan sektor otomotif, internet, dan properti China akan pulih pada semester II/2022.
Pembangunan apartemen di China/ Bloomberg
Pembangunan apartemen di China/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Analis memperkirakan sektor otomotif, internet, dan properti China akan pulih pada paruh kedua tahun menyusul pelonggaran aturan yang keras dan langkah-langkah stimulus baru dari pemerintah.

Dilansir dari South China Morning Post pada Senin (11/7/2022), Edmond Huang, kepala penelitian Hong Kong dan China di Credit Suisse mengatakan industri otomotif China akan mendapat manfaat dari langkah-langkah stimulus pemerintah yang mendukung orang membeli mobilnya sendiri. Sementara sektor internet akan mendapat dorongan dari akhir peraturan yang ketat.

"Kami memperkirakan prospek yang berbeda untuk sektor-sektor pada paruh kedua tahun ini dan percaya investor harus fokus pada pembukaan kembali, stimulus kebijakan dan pelonggaran peraturan sebagai faktor kunci untuk mengukur daya tarik relatif,” ungkap Huang.

Dalam edisi terbaru laporan Strategi Pasar Credit Suisse China, Huang menulis bahwa industri otomotif, internet, dan properti negara itu berada di peringkat teratas daftar sektor yang diharapkan paling diuntungkan dari kebijakan fiskal dan moneter agresif pemerintah, peningkatan kebijakan konsumsi dan properti, serta upaya stabilisasi pasar.

Sebaliknya, jasa keuangan nonbank, energi, perawatan kesehatan, dan sektor bumbu menempati peringkat terendah pada skala strategi pasar daratan laporan tersebut. Ini merujuk ke dalam tiga kriteria untuk menilai kinerja masa depan, yaitu pembukaan kembali China, langkah-langkah stimulus, dan pelonggaran peraturan.

Bahkan, laporan Credit Suisse memperkirakan ketiga sektor tersebut tetap pulih di saat China diperkirakan mencatat tingkat pertumbuhan kuartalan terendah dalam lebih dari dua tahun pekan ini.

Adapun, data ekonomi kuartal II/2022 diperkirakan mencerminkan dampak lockdown dan tindakan pengendalian Covid-19 yang ketat lainnya terhadap perekonomian.

Menurut Huang, gelombang infeksi Covid-19 yang tinggi di China baru-baru ini memicu lockdown massal di Shanghai dan Beijing sehingga menyebabkan gangguan pada ekonomi di paruh pertama tahun ini.

Dia juga menunjukkan bahwa invasi Rusia ke Ukraina dan keputusan Federal Reserve Amerika Serikat (AS) untuk menaikkan suku bunga secara signifikan telah membuat segalanya menjadi lebih rumit.

Misalnya, rantai pasokan yang tegang menyebabkan industri mobil China kehilangan 400.000 kendaraan lagi dalam produksi pada Mei. Ini karena pembuat mobil tidak dapat menghasilkan cukup unit untuk memenuhi permintaan pasar.

Di sektor internet, pemain utama seperti pemilik TikTok ByteDance, pemimpin pasar video game Tencent Holdings, dan raksasa e-commerce Alibaba Group Holding mendapat tekanan untuk mereformasi model bisnis mereka di tengah serangkaian tindakan keras Beijing.

Sementara itu, saham properti China, telah menderita dari kebijakan "tiga garis merah" negara itu, yang diterapkan pada Agustus 2020 untuk mengendalikan leverage yang berlebihan di industri. Kebijakan ini telah menutup banyak pengembang dari fasilitas pinjaman dan pasar obligasi sehingga memperkuat krisis kredit pada saat perlambatan ekonomi menghancurkan penjualan rumah domestik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper