Bisnis.com, JAKARTA - Langkah PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) berkolaborasi dengan Gojek untuk meluncurkan fitur GoTransit dinilai dapat mendukung peningkatan penggunaan transportasi publik oleh masyarakat.
Peneliti Pusat Kajian Transportasi dan Logistik (Pustral) Universitas Gadjah Mada (UGM) Muhammad Zudhy Irawan mengatakan, apa yang dilakukan oleh KCI dan Gojek sangat positif dalam mendorong masyarakat untuk menggunakan transportasi umum ketimbang kendaraan pribadi.
Menurutnya, apa yang telah dilakukan oleh dua perusahaan tersebut juga diterapkan di negara lain. Pasalnya transportasi publik seperti kereta bekerja sama dengan transportasi daring dalam memudahkan pengguna dalam membeli tiket secara terintegrasi.
“Jika pengguna GoTransit semakin besar dan mulai banyak masyarakat yang menggunakan transportasi umum, kemacetan di kota-kota besar seperti Jakarta akan terus berkurang,” kata Zuhdy, dalam keterangannya, Kamis (30/6/2022).
Kolaborasi tersebut, lanjut Zuhdy, merupakan inisiatif berkelanjutan dalam menghadirkan transportasi pintar yaitu integrated mobility, di mana angkutan publik terkoneksi dan terintegrasi satu sama lain, sehingga menjadi bagian dalam mencapai net zero emission dari sektor transportasi.
Zudhy mengatakan, di kota-kota besar seperti Jakarta, ojek online seperti GoRide yang merupakan salah satu fitur dari Gojek, berfungsi sebagai first mile last mile.
Baca Juga
Dalam fungsinya sebagai first mile hingga last mile, keberadaan GoRide sangat dibutuhkan sebagai penghubung yang memudahkan masyarakat untuk memanfaatkan transportasi publik.
Menurutnya, pada sistem GoTransit, transportasi online berperan sebagai stimulus untuk menggunakan transportasi umum. Jadi keberadaan transportasi online adalah mensupport transportasi umum karena memang yang dibutuhkan adalah integrasi.
"Di sinilah potensi untuk mengurangi emisi atau menciptakan net zero emission di masa depan akan bisa terwujud,” tutur Zudhy.
Seperti diketahui, sebagian besar masyarakat masih enggan untuk memanfaatkan transportasi umum saat beraktivitas. Keengganan tersebut dikarenakan masih tidak praktisnya dalam menggunakan moda transportasi umum.
Mulai dari harus sambung menyambung kendaraan agar sampai tempat tujuan, dan juga sistem pembelian tiket atau pembayaran yang masih konvensional yang cukup menyita waktu.