Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dua Skenario Perekonomian AS Versi Gubernur The Fed Jerome Powell

Gubernur The Fed Jerome Powell mengungkapkan skenario perekonomian yang dapat pulih atau terhambat seiring dengan kebijakan kenaikan suku bunga.
Gubernur Federal Reserve Jerome Powell berbicara di Seri C. Peter McColough tentang Ekonomi Internasional: Percakapan dengan Jerome H. Powell di Dewan Hubungan Luar Negeri di New York, AS. Gubernur The Fed Jerome Powell mengungkapkan skenario perekonomian yang dapat pulih atau terhambat seiring dengan kebijakan kenaikan suku bunga.
Gubernur Federal Reserve Jerome Powell berbicara di Seri C. Peter McColough tentang Ekonomi Internasional: Percakapan dengan Jerome H. Powell di Dewan Hubungan Luar Negeri di New York, AS. Gubernur The Fed Jerome Powell mengungkapkan skenario perekonomian yang dapat pulih atau terhambat seiring dengan kebijakan kenaikan suku bunga.

Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Jerome Powell mengungkapkan adanya kemungkinan dua skenario kebijakan ekonomi dan moneter sampai tahun depan.

Melansir Bloomberg, Powell menyebut kemungkinan pertama inflasi bisa mereda ditopang lebih banyak pasokan. Kemungkinan selanjutnya, jika terjadi kegagalan, The Fed tak akan segan menerapkan solusi yang lebih ‘menyakitkan’.

Menilik skenario pertama, kenaikan suku bunga yang telah ditetapkan The Fed dapat memperlambat permintaan sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga, seperti perumahan, mobil, serta barang tahan lama lainnya yang dibeli secara kredit.

Gangguan pasokan pun pada akhirnya akan berkurang dan kembali ke titik keseimbangan permintaan yang lebih baik. Powell menganggap ada kemungkinan pertumbuhan harga yang melambat dapat membantu The Fed mengurangi inflasi menuju target 2 persen.

“Jika permintaan dapat turun kembali, maka inflasi dapat bergerak kembali di sepanjang jalur itu secepat kenaikannya,” ujar Powell kepada Bloomberg, dikutip Senin (27/6/2022).

Jajaran The Fed memproyeksikan adanya inflasi yang mendekati 2 persen pada 2024 mendatang, dengan pertumbuhan yang tidak turun terlalu jauh di bawah 2 persen, sedangkan angka pengangguran naik secara moderat.

Sementara itu skenario terburuknya, The Fed menunjukkan kekhawatiran terhadap ekspektasi yang ada sekarang akan berimbas kepada cara publik mempertimbangkan nilai inflasi ke depannya.

“Terus terang, peristiwa beberapa bulan terakhir di seluruh dunia membuat kami semakin sulit mencapai apa yang kami inginkan, yaitu inflasi 2 persen dan masih pasar tenaga kerja yang kuat,” imbuh Powell.

Sejumlah ekonom pun menanggapi situasi ini. Ekonom Bloomberg Anna Wong, Yelena Shulyatyeva, Andrew Husby dan Eliza Winger dalam pernyataan tertulisnya mengatakan, setelah data awal menunjukkan adanya ekspektasi inflasi yang meningkat sehingga membuat Powell khawatir.

“Perkembangan ini mendukung [Federal Open Market Committee] FOMC untuk menurunkan kenaikan suku bunga dari 75 bps menjadi 50 basis poin pada bulan Juli, yang menjadi baseline kami,” tulis mereka.

Ahli Strategi Inflasi Barclays Plc di New York, Michael Pond, mengatakan strategi The Fed bisa saja berhasil. Pasalnya, hambatan rantai pasokan kini sudah mulai mereda.

“Dalam perkiraan kami, masih ada sedikit disinflasi memasuki tahun depan, tapi masih ada ketidakpastian yang signifikan,” ungkap Pond.

Sementara itu, Bank for International Settlements (BIS) menuliskan dalam laporannya pada Minggu, (26/6/2022) bahwa ekonomi dunia berisiko memasuki era baru inflasi tinggi yang perlu diwaspadai oleh bank sentral.

"Risiko stagflasi membayangi ekonomi global karena ancaman era inflasi baru bertepatan dengan prospek pertumbuhan yang lebih lemah dan kerentanan keuangan yang meningkat,” ujar perwakilan BIS.

Para pembuat kebijakan di seluruh dunia telah meningkatkan suku bunga demi memerangi rekor inflasi yang datang seiring dengan konflik geopolitik Rusia-Ukraina dan lockdown China yang menghambat laju perekonomian.

Sekitar 70 bank sentral telah menaikkan biaya pinjaman dan setengahnya termasuk The Fed telah menaikkan suku bunga besar-besaran hingga 75 basis poin atau lebih dalam sekali jalan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper