Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif membeberkan harga keekonomian Pertalite dan Pertamax rata-rata sudah di atas Rp30.000.
“Sekarang ini harga minyak dunia sudah di atas US$100 sampai US$120 per barel. Harga keekonomian BBM RON 90 maupun RON 92, rata-rata di atas Rp30.000. Kita harus antisipasi ini karena situasi krisis energi tidak bisa diramalkan selesai tahun ini atau lebih lama lagi," katanya di Labuan Bajo, dikutip dari keterangan resminya, Jumat (24/6/2022).
Padahal, ia mengemukakan Pertalite (RON 90) dijual di angka Rp7.650 dan Pertamax dijual Rp12.500. Angka tersebut diakuinya sangat jauh dari harga keekonomian BBM di tengah harga minyak yang tertahan tinggi hingga pertengahan tahun ini.
"Pertalite [RON 90] saja dijual Rp7.650, Pertamax (RON 92) kita jual Rp12.500. Makanya, kita perlu mengingatkan ke masyarakat agar menggunakan BBM seefisien mungkin. Ini berdampak pada [membengkaknya] alokasi subsidi," kata dia.
Beban subsidi yang makin lebar itu, kata dia, berasal dari komitmen pemerintah untuk memberikan harga BBM yang tetap murah di tengah masyarakat.
Kendati harga keekonomian sudah terpaut lebar akibat harga bahan baku yang jauh di atas asumsi harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2022.
Baca Juga
Sebelumnya, PT Pertamina Patra Niaga telah menyalurkan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi mencapai 20,4 juta KL atau 85 persen dari keseluruhan konsumsi BBM sebesar 24 juta kiloliter hingga Rabu (22/6/2022). Sisanya sebanyak 3.6 juta kiloliter BBM disalurkan dalam segmen komersial.
“Konsumsi untuk BBM porsi Pertalite atau penugasan dan solar subsidi secara nasional 85 persen dari total konsumsi BBM, 15 persen lainnya BBM non subsidi seperti Pertamax, Turbo, Dexlite dan Dex,” kata Pejabat sementara (Pjs.) Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting melalui pesan singkat, Kamis (28/6/2022).
Di sisi lain, Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tengah mengajukan penambahan kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi mencapai 17 juta hingga 17,5 juta kiloliter pada penetapan asumsi dasar sektor energi dan sumber daya mineral dalam rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) tahun anggaran 2023.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno mengatakan pengajuan itu disampaikan seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat pada BBM bersubsidi itu di tengah harga energi yang diprediksi tetap tertahan tinggi hingga akhir tahun ini.
“Kita mengusulkan agar volume BBM bersubsidi itu naik antara 17 juta sampai 17,5 juta kiloliter, kami juga meminta supaya subsidi tetap minyak solar untuk gasoil 48 itu meningkat dari Rp500 per liter menjadi Rp3.000 per liter,” kata Eddy melalui pesan suara, Kamis (23/6/2022).