Bisnis.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) mendesak China untuk mempercepat program vaksinasi Covid-19 lantaran lambatnya program dapat menghambat pemulihan belanja konsumen dalam perekonomian.
Kepala Misi IMF di China Helge Berger mengatakan, menyediakan tiga dosis vaksin Covid-19 kepada penduduk akan memakan waktu lama alias hitungan tahun dengan kecepatan program saat ini.
Dia menegaskan, percepatan program vaksinasi dapat membantu mendongkrak pertumbuhan pemulihan yang belum pulih ke tingkat pra pandemi.
"Dengan pertumbuhan pengeluaran yang belum pulih ke tingkat pra-pandemi, sebagian karena rumah tangga berhati-hati tentang infeksi Covid, percepatan kampanye vaksinasi akan mendukung kepercayaan dan pada akhirnya konsumsi," katanya, melansir Bloomberg, Sabtu (25/6/2022).
Berdasarkan data resmi, sekitar 375 juta orang di atas usia 15 tahun di China belum menerima tiga dosis vaksin, sementara tingkat vaksinasi harian telah turun di bawah 800.000 per hari.
Menurut Komisi Kesehatan Nasional China, hanya sekitar 64 persen orang China yang berusia di atas 60 tahun telah menerima tiga dosis.
Rendahnya tingkat vaksinasi penuh terutama di kalangan orang tua menjadi salah satu alsan China bertahan dengan kebijakan ketat Covid Zero yang mewajibkan pembatasan aktivitas di manapun kasus terjadi.
Penguncian di Shanghai dan puluhan kota lainnya di China sejak Maret menjadi alasan utama IMF melihat risiko penurunan pada proyeksi April sebesar 4,4 persen pertumbuhan produk domestik bruto untuk China di 2022 ini.
Bahkan, Berger menyebutkan bahwa ekonomi China akan melemah di kuartal kedua mengingat adanya penguncian di sejumlah kota.
Sementara data nasional sebagian besar telah kembali ke tingkat pra-lockdown, Berger menambahkan bahwa di Shanghai, langkah-langkah kegiatan ekonomi yang dipantau oleh IMF hanya pulih sekitar 50 persen.
Ekonom yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan pertumbuhan 4,1 persen di China tahun ini dan kemungkinan kontraksi dalam PDB kuartal-ke-kuartal pada periode April-Juni.
Itu membuat China tidak mungkin memenuhi target setahun penuh sekitar 5,5 persen. Di sisi lain, IMF secara konsisten meminta Beijing untuk meningkatkan dukungan fiskal untuk rumah tangga.
Bahkan, kata Berger, dengan mempertimbangkan langkah-langkah yang diumumkan sejak April, stimulus fiskal China tahun ini lebih kecil dibandingkan 2020.
"Langkah fiskal yang diketahui tahun ini masih kecil dibandingkan tahun 2020, bahkan dengan mempertimbangkan bahwa pada tahun 2020 guncangan secara keseluruhan lebih besar dari tahun ini," ujarnya.