Bisnis.com, JAKARTA – Perekonomian sejumlah negara terancam ambruk di tengah ancaman krisis dan kondisi global yang tak menentu.
Bahkan, menurut data International Monetary Fund (IMF) sebanyak 60 negara berada dalam kondisi yang sangat rentan secara finansial.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro menyampaikan memang ada beberapa karakteristik dari negara-negara yang terancam ambruk tersebut.
Pertama, negara-negara yang berpenghasilan rendah. Lalu, kedua adalah negara-negara tersebut tidak mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga komoditas.
"Di tengah kenaikan harga komoditas, yang mereka dapatkan adalah memang sisi negatifnya yaitu tekanan inflasi di domestiknya," kata Andry dalam media gathering kuartal II/2022 yang diadakan Bank Mandiri, dikutip Kamis (23/6/2022).
Karakteristik ketiga adalah beban utang dari negara-negara tersebut yang cukup tinggi.
Mengutip data IMF, Andry menyebutkan rasio utang di beberapa negara sudah berada di atas 60 persen. Alhasil, jika terjadi kenaikan suku bunga acuan global, maka hal tersebut dapat meningkatkan cost of debt negara-negara tersebut sehingga menekan sisi belanjanya.
Menurutnya, Indonesia berada di sisi yang berbeda dan disebut cukup beruntung di tengah ketidakpastian global. Andry mengatakan Indonesia mendapatkan keuntungan dari windfall kenaikan harga komoditas.
Posisi ini mungkin akan sulit, jika Indonesia bukanlah negara penghasil crude palm oil (CPO), nikel, ataupun batu bara.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya menyampaikan posisi utang pemerintah saat ini berada pada level yang aman.
Pada April 2022, rasio utang pemerintah mengalami penurunan, dimana posisi utang pemerintah tercatat sebesar Rp7.040,32 triliun atau 39,9 persen dari PDB.
Apabila dibandingkan dengan banyak negara di dunia, Sri Mulyani mengatakan rasio utang Indonesia masih relatif aman.
"Dibandingkan dengan banyak negara di dunia, ini [rasio utang Indonesia] masih dalam taraf yang relatif aman," kata bendahara negara tersebut, mengutip Bisnis, Kamis (23/6/2022).