Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Satu dari Empat Perusahaan Eropa di China Pertimbangkan Relokasi Bisnis, Asean Jadi Incaran

Hal ini terungkap dalam survei Kamar Dagang Uni Eropa di China. Sekitar 23 persen dari bisnis yang menanggapi survei berpikir untuk memindahkan investasi mereka saat ini atau yang direncanakan dari China. 
Pejalan kaki dan pesepeda di pusat distrik bisnis in Beijing, China, Selasa (23/11/2021)/ Bloomberg - Qilai Shen
Pejalan kaki dan pesepeda di pusat distrik bisnis in Beijing, China, Selasa (23/11/2021)/ Bloomberg - Qilai Shen

Bisnis.com, JAKARTA - Satu dari empat perusahaan Eropa di China tengah mempertimbangkan untuk mengalihkan investasi mereka ke luar negeri karena wabah Covid-19 yang sedang berlangsung dan penguncian meredupkan prospek ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Hal ini terungkap dalam survei Kamar Dagang Uni Eropa di China. Sekitar 23 persen dari bisnis yang menanggapi survei berpikir untuk memindahkan investasi mereka saat ini atau yang direncanakan dari China. 

Menurut Bloomberg, survei dilakukan pada akhir April, ketika Shanghai masih dalam penutupan dan pembatasan di tempat-tempat seperti Jilin yang mengganggu aktivitas bisnis.

Jumlah perusahaan Eropa yang menilai kembali pilihan mereka di China adalah proporsi tertinggi dalam satu dekade dalam survei, dan juga lebih dari dua kali lipat dari 11 persen yang tercatat dalam jajak pendapat Februari, menurut Kamar Dagang Uni Eropa di China tersebut. Sekitar 372 bisnis menanggapi jajak pendapat April, sedangkan 620 menanggapi jajak pendapat Februari.

"Kebijakan China saat ini – tanpa strategi keluar dari pendekatan nol toleransi untuk memerangi infeksi – membuat markas tidak memiliki pilihan selain mencari lokasi lain,” kata Bettina Schoen-Behanzin, Wakil Presiden Kamar Dagang Uni Eropa tersebut. “Dunia tidak menunggu China,” tegasnya.

Dari perusahaan yang mempertimbangkan perubahan investasi, 16 persen perusahaan mengatakan mereka berencana untuk pindah ke Asia Tenggara, sementara 18 persen mengatakan mereka mencari tempat lain di kawasan Asia-Pasifik. Sekitar 19 persen mengatakan Eropa, 12 persen mengatakan Amerika Utara dan 11 persen mengatakan Asia Selatan.

China telah mulai melonggarkan beberapa pembatasan Covid-nya, tetapi pemulihan ekonominya beragam. Di bulan Mei, produksi industri secara tak terduga meningkat, sementara belanja konsumen dan pasar properti terus berkontraksi. Prospek untuk sisa tahun ini tetap tidak pasti karena Beijing terus bergantung pada penguncian dan pembatasan lain untuk menahan virus.

“Tidak ada yang meninggalkan China tetapi masalahnya adalah investasi baru," ungkap Duta Besar Uni Eropa Nicolas Chapuis dalam sebuah wawancara Senin (20/6/2022). "Perusahaan-perusahaan Eropa menunda keputusan karena semua orang menunggu strategi keluar di China untuk pembatasan Covid," lanjutnya.

Chapuis mengungkapkan perusahaan-perusahaan harus menunggu untuk melihat apakah pemerintah China akan memutuskan untuk menyelaraskan diri dengan seluruh dunia.

Bisnis asing telah berjuang secara signifikan dengan pembatasan. Perusahaan industri asing yang beroperasi di China harus mengalami penurunan laba sebesar 16,2 persen dari Januari hingga April, jauh lebih buruk daripada penurunan 0,6 persen di perusahaan swasta China. Sementara itu, perusahaan milik negara di China mencatat kenaikan laba 13,9 persen selama waktu itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper