Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kazakhstan, Magnet Investasi di Asia Tengah

Komitmen Kazakhstan terhadap target netral karbon pada 2060 dan prospek pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil di kawasan diproyeksikan mendorong negara tersebut menjadi magnet kuat investasi Asia Tengah.
Duta Besar Kazakhstan untuk Indonesia Daniyar Sarekenov saat mengunjungi Wisma Bisnis Indonesia, Selasa (7/6/2022). /Bisnis-Fanny Kusumawardhanirn
Duta Besar Kazakhstan untuk Indonesia Daniyar Sarekenov saat mengunjungi Wisma Bisnis Indonesia, Selasa (7/6/2022). /Bisnis-Fanny Kusumawardhanirn

Bisnis.com, JAKARTA - Komitmen Kazakhstan terhadap target netral karbon pada 2060 dan prospek pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil di kawasan diproyeksikan mendorong negara tersebut menjadi magnet kuat investasi Asia Tengah.

Komitmen itu kembali ditegaskan oleh Pemerintah Kazakhstan melalui ajang Foreign Investor Council di Nur-Sultan, pekan lalu. Selain dihadiri oleh Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev, pertemuan itu juga dihadiri sejumlah pemimpin dan kepala perusahaan multinasional besar, kepala lembaga pemerintah serta perwakilan organisasi internasional.

Ajang tersebut mengusung tema Dekarbonisasi Ekonomi dan Penerapan Teknologi Rendah Karbon untuk Memenuhi Standar Lingkungan, Sosial maupun Tata Kelola atau environmental, social, and governance (ESG).

Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev mengungkapkan perbaikan lebih lanjut terhadap iklim investasi dan sistem perlindungan hak-hak investor yang sah merupakan tugas strategis mereka.

Menurutnya, Kazakhstan terus menjadi magnet investasi di antara negara-negara Asia Tengah. Pada tahun lalu, mitra asing menginvestasikan sekitar US$24 miliar di Kazakhstan. Angka itu meningkat 38% dibandingkan tahun sebelumnya. Bahkan, lanjutnya, sektor ekonomi non-primer sudah menyumbang lebih dari 60% dari total arus masuk investasi asing.

“Kami sangat menghargai investasi ini dan akan melakukan segalanya untuk memenuhi semua kewajiban kami kepada mitra asing. Kazakhstan hanya akan memperkuat kebijakan pintu terbuka bagi investor. Dalam konteks geopolitik saat ini, kami siap menciptakan segala kondisi kelembagaan untuk kerja sama langsung dengan perusahaan asing,” kata Tokayev seperti dikutip dari keterangan resmi Kementerian Luar Negeri Kazakhstan, pekan lalu.

Menurutnya, upaya sistematis untuk memperbaiki iklim investasi akan dibarengi dengan reformasi besar-besaran. Tujuannya, untuk mengembangkan persaingan yang sehat, memberantas korupsi, administrasi publik yang efektif, meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mereformasi sistem peradilan.

Pertemuan tersebut juga melaporkan langkah-langkah untuk mencapai netralitas karbon di Kazakhstan hingga 2060, dan pengembangan rancangan strategi untuk transformasi ekonomi, teknologi, dan sosial skala besar.

Tak hanya itu, perhatian khusus juga diberikan pada diskusi tentang sumber energi terbarukan dan alternatif, yang memiliki potensi besar di Kazakhstan.

Tokayev mendesak anggota Foreign Investor Council untuk mengintensifkan aksi pengimplementasian proyek hijau, memobilisasi investasi ESG, dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB (UN Sustainable Development Goals).

Co-chair Foreign Investor Council yang juga Presiden Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (EBRD) Odile Renaud-Basso mengungkapkan tahun ini menandai 30 tahun kerja sama antara Kazakhstan dan EBRD.

Selama periode tersebut,lanjutnya, EBRD telah menginvestasikan sekitar US$10,3 miliar pada hampir 300 proyek di berbagai sektor di Kazakhstan. Menurutnya, Kazakhstan adalah negara pertama di Asia Tengah, yang berjanji untuk mencapai netralitas karbon pada 2060.

Berdasarkan keterangan Kemlu Kazakhstan, kepala perusahaan besar dan perusahaan yang beroperasi di Kazakhstan telah menyatakan niat mereka untuk memperluas investasi di sektor ekonomi hijau nasional dan proyek untuk mengurangi emisi karbon.

Sementara itu, data International Renewable Energy Agency atau IRENA yang dirilis pada April 2022 menunjukkan perkembangan kapasitas energi baru terbarukan (EBT) Kazakhstan mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada 1 dekade terakhir.

Data bertajuk Renewable Capacity Statistic 2022 itu juga menunjukkan porsi EBT pada bauran energi Kazakhstan juga mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Bahkan hampir mendekati seperempatnya pada tahun lalu.

Perkembangan yang cukup baik itu sekaligus menunjukkan komitmen Kazakhstan untuk mencapai target netral karbon pada 2060. Tak ayal, pada Renewable Energy Country  Attractiveness Index (RECAI) yang dirilis Ernst&Young  (EY) pada Mei 2022 menempatkan Kazakhstan di posisi 36 dari 40 negara yang masuk dalam indeks itu.

Di kawasan Asia Tengah, Kazakhstan merupakan satu-satunya negara yang masuk dalam daftar top 40 itu. Ranking tersebut merefleksikan assessment EY pada ketertarikan pasar dan tren pasar global. 

Posisinya berada di atas Austria yang menempati posisi 37. Bahkan di atas negara surga minyak Arab Saudi yang menempati posisi 40. Meski, Kazakhstan tak termasuk pada 30 negara yang menarik dari sisi tarif jual beli listrik atau power purchase agreement (PPA) yang tergambar pada indeks PPA itu.

Data EY tersebut memang menunjukkan tak ada perwakilan negara-negara dari kawasan Asia Tengah yang masuk pada indeks yang baru diperkenalkan EY pada akhir tahun lalu tersebut.

Kendati demikian, kemolekan investasi hijau di Kazahstan, nyatanya mampu memikat investor global. Sampai-sampai, Uni Eropa juga mempromosikan pengembangan EBT di kawasan Asia Tengah yang berlokasi di Almaty, Kazakhstan pertengahan bulan lalu.

Uni Eropa dalam keterangan resminya mengungkapkan kawasan Asia Tengah memiliki potensi EBT yang cukup signifikan. Namun, sayangnya kurang begitu dimanfaatkan karena adanya berbagai hambatan finansial, teknis dan sosial.

Johannes Stenbaek Madsen, Head of Cooperation pada delegasi Uni Eropa ke Kazakhstan itu mengungkapkan pihaknya senang bahwa semua negara di Asia Tengah juga telah melakukan upaya untuk meningkatkan EBT.

Dia meyakini pengembangan lebih lanjut dari sektor ini dapat membantu memenuhi permintaan energi yang terus meningkat, memperkuat ketahanan energi kawasan, memenuhi komitmen berdasarkan Perjanjian Paris, dan menciptakan lapangan kerja dan peluang bisnis baru.

“Sejalan dengan Kesepakatan Hijau dan Strategi UE di Asia Tengah, Uni Eropa siap mendukung negara-negara Asia Tengah dalam transisi mereka saat ini ke energi hijau, termasuk melalui investasi yang ditargetkan,” katanya.

Peluang investasi EBT di Kazakhstan juga sejatinya dapat ditangkap oleh investor asal Indonesia sebagai salah satu operator tua pembangkit listrik panas bumi (PLTP) atau geothermal power plant di dunia sejak 1982.

World Bank mencatat Kazakhstan juga memiliki potensi panas bumi yang besar khususnya di cekungan East-Ily (Zharkent). Temperatur di sini berkisar antara 30 derajat Celcius hingga 103 derajat Celcius dengan tingkat air yang relative stabil serta komposisi kimia air yang tidak berbahaya. Selain cekungan ini, juga ada cekungan potensial lainnya seperti Ustyurt-Buzashin dan Mangyshlak yang potensi untuk dikembangkan.

Apalagi, menurut World Bank, panas bumi pada area Zharkent baru dikembangkan untuk pembudidayaan ikan, pemanassan greenhouse, hotel dan sekolah, juga termasuk pemandian air panas serta pusat studi balneologi.

“Saat ini biaya pemanasan panas bumi di Kazakhstan sebanding dengan banyak negara, tetapi masih lebih tinggi dari harga energi yang berlaku di negara tersebut,” tulis World Bank.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Lukas Hendra TM
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper