Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Serangan Penyakit Jadi Alasan Harga Cabai Melonjak

Jamur antarnoksa yang biasa dikenal sebagai penyakit patek menyerang tanaman cabai ini berkembang pesat pada kelembaban di atas 90 persen dan suhu di bawah 32°C. Jamur tersebut dapat bertahan hidup di dalam tanah, sisa-sisa tanaman atau buah yang telah terinfeksi.
Pedagang menata barang dagangannya di Pasar Senen, Jakarta, Senin (4/5/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pedagang menata barang dagangannya di Pasar Senen, Jakarta, Senin (4/5/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Petani cabai melaporkan kondisi kenaikan harga cabai saat ini sebagai buntut dari serangan penyakit antraknosa atau patek yang merusak tanaman dan menyebabkan petani gagal panen.

Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Abdul Hamid menyampaikan penyakit patek tersebut muncul akibat tanah yang saat ini tidak subur dan hujan yang menambah parah kondisinya.

“Bisa dipastikan tanah di kondisi sekarang ini karena tidak sehat. Selama ini nggak pernah diperhatikan sama petani, dia nggak pernah tahu dan gak ada yang kasih tahu. Hujan menambah tadinya rusak 70 persen, jadi rusak 90 persen,” jelas Abdul, Selasa (7/6/2022).

Umumnya, dengan tanah yang subur, petani dapat panen hingga 15 kali, namun kali ini hanya dapat 8 kali panen, bahkan beberapa petani ada yang tidak dapat melakukan panen sama sekali.

Akibatnya, pasokan otomatis menurun dan stok cabai di pasaran menjadi sedikit. Harga pun perlahan melambung sejak pertengahan Mei 2022. Normalnya, harga cabai berada di rentang Rp40.000 hingga Rp60.000 per kilogram.

Informasi Pangan Jakarta melaporkan harga cabai rawit merah tertinggi di pasar di wilayah Jakarta, tepatnya Pasar Mayestik, Jakarta Selatan, telah mencapai Rp120.000 per kilogram. Sementara harga terendah ditemukan di Pasar Pluit, Jakarta Utara dengan harga Rp70.000 per kilogram.

Harga cabai di tingkat petani pun melonjak saat ini mencapai Rp70.000 hingga Rp80.000 per kilogram. “Wajar di eceran harga sudah tinggi karena harga di tingkat petani saja sudah Rp70.000 hingga Rp80.000 per kilogram,” lanjut Abdul.

Melansir dari laman resmi Kementerian Pertanian, setiap tahunnya, penyakit patek tersebut kerap terjadi  saat musim hujan tiba. Penyakit antraknosa pada cabai disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici

Jamur ini berkembang pesat pada kelembaban di atas 90 persen dan suhu di bawah 32°C. Jamur tersebut dapat bertahan hidup di dalam tanah, sisa-sisa tanaman atau buah yang telah terinfeksi. Sementara penularan penyakit antraknosa dapat disebabkan oleh hembusan angin, alat-alat pertanian, percikan air hujan dan penyemprotan pestisida, serta manusia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper