Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Mobil Listrik Tinggi, Indonesia Harus Tahan Ekspor Nikel?

Indonesia dinilai harus mengantisipasi lonjakan permintaan mobil listrik di pasar dunia dengan suplai nikel yang memadai.
Foto udara aktivitas bongkar muat nikel di areal pabrik milik PT Aneka Tambang Tbk. di Kecamatan Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Senin (24/8/2020). PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) mencatat pertumbuhan positif kinerja produksi unaudited komoditas feronikel pada periode triwulan ke-2 tahun 2020 sebesar 6.447 ton nikel dalam feronikel (TNi) atau naik sebesar dua persen dibandingkan kuartal sebelumnya. ANTARA FOTO/Jojon
Foto udara aktivitas bongkar muat nikel di areal pabrik milik PT Aneka Tambang Tbk. di Kecamatan Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Senin (24/8/2020). PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) mencatat pertumbuhan positif kinerja produksi unaudited komoditas feronikel pada periode triwulan ke-2 tahun 2020 sebesar 6.447 ton nikel dalam feronikel (TNi) atau naik sebesar dua persen dibandingkan kuartal sebelumnya. ANTARA FOTO/Jojon

Bisnis.com, JAKARTA – Tingginya permintaan pasar global terhadap mobil listrik dinilai tidak melulu menjadi preseden baik bagi negara penyedia bahan baku terbesar seperti Indonesia.

Indonesia dinilai harus antisipatif terhadap lonjakan permintaan mobil listrik di pasar dunia tersebut karena tren itu diprediksi tidak akan diimbangi dengan suplai yang memadai.

Mengutip pemberitaan Bisnis, total penjualan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) global pada 2021 tumbuh berlipat dari tahun sebelumnya, yakni mencapai 6,3 juta unit.

Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal memperkirakan lonjakan permintaan mobil listrik akan terus berlanjut. Terutama, diakselerasi oleh pemberian insentif mobil listrik di sejumlah negara.

Selain itu, sambungnya, peningkatan ekspor nikel untuk memenuhi lonjakan permintaan mobil listrik di pasar global dinilai bakal menyebabkan menipisnya persediaan bahan baku di Tanah Air.

"Ini akan dirasakan tahun depan apabila kita tidak menahan laju ekspor," kata Fithra kepada Bisnis, Minggu (5/6/2022).

Mengutip laporan Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor nikel Indonesia periode Januari - April 2022 mengalami pertumbuhan berlipat ganda seperti halnya tren penjualan kendaraan listrik global tahun lalu.

Nilai ekspor nikel Indonesia periode Januari - April 2022 naik hingga 343,48 persen secara tahunan (year-on-year). Nilai ekspor nikel RI Januari - April 2022 mencapai US$1,26 triliun, sedangkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai US$248 miliar.

"Memang, kondisi ini menopang ekonomi untuk jangka pendek. Namun, peningkatan ekspor nikel lonjakan demand akan menyebabkan menipisnya bahan baku yang diproduksi di Indonesia," sambungnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper