Bisnis.com, JAKARTA – BUMN pengelola bandara seperti PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I dan PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II masih menahan laju investasi kendati bisnis penerbangan sudah menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin mengatakan hingga akhir tahun ini belum banyak menggelontorkan capital expenditure (capex) atau belanja modal.
Dia menjelaskan bahwa alokasi belanja modal pada akhir tahun ini lebih berfokus kepada pengembangan infrastruktur secara langsung senilai Rp400 miliar sampai Rp500 miliar. Selain itu juga belanja modal untuk pengembangan usaha di angka sekitar Rp700 miliar.
Dengan demikian, hingga akhir tahun ini AP II akan menggelontorkan belanja modal kurang lebih senilai Rp1,2 triliun. Awaluddin menyebut nominal belanja modal pada tahun ini tidaklah begitu besar dibandingkan dengan beberapa tahun sebelum pandemi yang bisa mencapai belasan triliun rupiah.
“Capex kami tahun ini tidak dalam investment mode,” ujarnya, Senin (30/5/2022).
Perseroan, lanjutnya, masih fokus pada percepatan untuk pemenuhan kewajiban terhadap capex yang sudah diselesaikan 2 tahun sebelumnya. AP II akan melakukan pola pembiayaan kreatif bersama dengan kontraktor BUMN karya.
Baca Juga
Kondisi ini seperti yang dilakukan oleh PT Bank Mandiri Tbk yang menyuntikkan pendanaan lewat skema skema supplier financing ke AP II serta PT Wijaya Karya.
Dalam skema supplier financing, Bank Mandiri memberikan fasilitas pembiayaan sebesar Rp400 miliar untuk pembayaran ke WIKA selaku kontraktor 4 proyek di bandara-bandara yang dikelola oleh AP II.
Sementara itu, Direktur Utama AP I Faik Fahmi menjelaskan pada tahun ini perseroan berfokus untuk melakukan transformasi bisnis dengan kewajiban restrukturisasi keuangan. Hal tersebut perlu dilakukan guna memastikan pada tahun ini arus kas atau cashflow dan ebitda perseroan bisa menjadi positif.
"Capex tahun ini nggak terlalu besar. Kami sudah keluarkan yang besar untuk penambahan kapasitas bandara. Tahun ini menahan nggak mengeluarkan capex signifikan,” jelasnya.
Faik memaparkan dari sebanyak 10 bandara yang dikembangkan kapasitasnya oleh AP I, hampir semuanya sudah selesai. Hanya menyisakan bandara di Makassar yang penyelesaiannya baru mencapai 70 persen.
AP I memilih menunda penyelesaiannya pada tahun ini dan baru memulai kembali proyek tersebut pada awal 2023.