Bisnis.com, JAKARTA – Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan Kementerian Perekonomian Moch. Edy Yusuf mengatakan kegiatan riset dan inovasi harus dikedepankan perusahaan sawit agar penggunaanya sesuai kebutuhan masyarakat.
Menurut Edy, minyak sawit telah menjadi kebutuhan utama masyarakat global yang digunakan sebagai bahan baku produk makanan, kosmetik, sabun, hand sanitizer, oleochemical hingga renewable energy.
“Perlu aksi bersama untuk membangun keberlanjutan hulu hingga hilir kelapa sawit sehingga terjadi harmonisasi people, planet dan profit. Jadi bukan hanya bicara profit saja, tapi juga pedulikan people dan planetnya,” ujar Edy dalam diskusi online yang diadakan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Kamis (26/05/2022).
Dari data yang dimiliki Kemenko Perekonomian, kebutuhan minyak goreng nasional sebanyak 5,7 juta kiloliter terdiri dari kebutuhan rumah tangga sebanyak 3,9 juta kiloliter dan kebutuhan industri sebesar 1,8 juta kiloliter. Tingginya kebutuhan ini perlu dibarengi edukasi penggunaan produk berbasis sawit aman dan kegiatan ini perlu ditingkatkan.
Arfie Thahar, Kepala Divisi Pelayanan BPDPKS mengatakan lembaganya mendukung pengembangan riset sawit termasuk bidang pangan sesuai amanat Perpres Nomor 66/2018 tentang Penghimpunan dan Penggunaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
Saat ini, lanjut Arfie, terdapat tujuh bidang kelompok riset yaitu budidaya, pasca panen dan pengolahan, pangan dan kesehatan, bioenergy, oleokimia dan biomaterial, lingkungan serta sosial, ekonomi, bisnis manajemen dan pasar. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan produktivitas, sustainability, penciptaan produk atau pasar baru dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Baca Juga
Jumlah dana riset disalurkan BPDPKS mencapai Rp389,3 miliar kepada 235 bidang penelitian sepanjang periode 2015-2021. Riset ini meliputi 48 bidang bioenergi, 9 bidang pasca panen, 26 riset budidaya, 17 bidang pangan dan kesehatan, 37 bidang olekimia dan biomaterial, 61 bidang sosial ekonomi, dan 37 bidang lingkungan.
Arfie menuturkan program riset BPDPKS menjalin kerjasama dengan 70 Lembaga Penelitian dan Pengembangan termasuk perguruan tinggi dan BRIN. Selain itu, ada 840 peneliti, 346 mahasiswa, 201 publikasi yang terlibat dalam riset BPDPKS. Dari program riset ini dihasilkan 42 paten dan 6 buku.
Plt. Ketua Umum Dewan Sawit Indonesia Sahat Sinaga menjelaskan selama ini kampanye negatif sawit sudah berlangsung semenjak 1980-an. Harga sawit yang kompetitif selalu dikaitkan dengan kualitas. Tuduhan rendahnya kualitas minyak sawit selalu digaungkan negara produsen minyak nabati lain. Sebab, harga minyak nabati lain lebih tinggi US$200/ton daripada sawit.
Ia juga mengklaim bahwa kandungan gizi minyak sawit setara dengan Air Susu Ibu (ASI) sehingga industri susu juga menggunakan sawit. Dalam upaya meningkatkan kualitas minyak sawit telah ada inovasi seperti Pabrik Minyak Sawit Tanpa Uap (PMTU) yang lebih ebih efisien dan ramah lingkungan. Pengoperasian teknologi PMTU dapat dijalankan melalui skema korporasi petani di 26 provinsi.
Sementara itu, dalam kesempatan sama Jummy Bismar Sinaga, Senior Manager Commercial Biofuel APICAL Indonesia mengatakan perusahaannya mendukung inovasi dan riset sawit yang diagendakan pemerintah untuk menghasilkan produk hulu-hilir kelapa sawit salah satunya dengan agenda Apical 2030, sebuah inisiatif keberlanjutan yang strategis.