Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS menjadi langkah strategis yang mendorong kekuatan ekonomi kelompok ini makin dominan di panggung global.
Airlangga memaparkan bahwa sebelum Indonesia bergabung, BRICS yang beranggotakan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan memiliki total Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar US$28 triliun atau sekitar 34% dari PDB global. Namun, setelah Indonesia bersama sejumlah negara lain resmi masuk, kontribusi BRICS melonjak signifikan.
Hal ini disampaikan Airlangga usai mendampingi Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menghadiri sesi pleno Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS 2025 di Museum of Modern Art (MAM), Rio de Janeiro, Brasil, Minggu (6/7/2025).
“Dengan masuknya Indonesia dan beberapa negara lain, sekarang BRICS sudah merepresentasikan 40% dari PDB dunia dan mewakili 56% penduduk dunia,” ungkap Airlangga.
Lebih lanjut, dia menambahkan, jika dihitung berdasarkan purchasing power parity (PPP), gabungan ekonomi BRICS kini bahkan melampaui kelompok negara-negara maju G7.
Capaian ini, kata Airlangga, memperkuat posisi BRICS sebagai representasi nyata Global South dan memberi kesempatan lebih besar bagi negara-negara berkembang untuk menyuarakan kepentingan mereka di forum internasional.
Baca Juga
“Tadi Bapak Presiden juga menyampaikan komitmen Indonesia untuk mendukung perdamaian dunia melalui multilateralisme, menghormati hukum internasional, serta menolak perang dan penggunaan standar ganda,” ujar Airlangga.
Selain itu, Presiden Prabowo bersama para pemimpin BRICS lainnya juga mendorong pentingnya reformasi multilateralisme agar tata kelola global menjadi lebih adil, khususnya melalui peningkatan keterwakilan negara-negara berkembang di institusi seperti PBB.
“Diharapkan kepemimpinan BRICS dapat menjadi motor lahirnya tatanan multilateral yang lebih berimbang dan inklusif,” pungkas Airlangga.