Bisnis.com, JAKARTA – Konsultan properti JLL menyebut pertumbuhan investasi properti di Asia Pasifik pada kuartal I/2022 mengalami kenaikan 20 persen secara tahunan.
Berdasarkan data JLL Capital Tracker Kuartal I/2022 menyebutkan investasi langsung di sektor properti mencapai US$40,8 miliar sepanjang kuartal pertama dengan peningkatan volume investasi terlihat jelas di sejumlah negara seperti Singapura, Korea Selatan, dan Australia.
Secara sektoral, investasi di sektor ritel dan perkantoran tumbuh kuat, sedangkan sektor logistik dan industri mengalami pertumbuhan moderat sebesar 3,5 persen secara tahunan.
Chief Executive Officer Capital Markets, Asia Pasifik JLL, Stuart Crow mengatakan, investor terus mendiversifikasi penanaman modal mereka di wilayah Asia Pasifik, ditandai oleh laju investasi pada aset ritel, perkantoran, dan pertumbuhan investasi yang tinggi di Singapura, Korea, dan Australia.
“Kami optimis bahwa sektor real estate di kawasan ini [Asia Pasifik] akan mampu bertahan dari tekanan kenaikan suku bunga dan meningkatnya ketidakpastian. Kami masih melihat persaingan yang ketat untuk sejumlah aset dan bahwa investasi langsung dapat mencapai lebih dari US$200 miliar di wilayah Asia Pasifik selama tahun 2022,” kata Crow dalam keterangan tertulis yang diterima Bisnis, Rabu (25/5/2022).
Chow mengatakan properti komersial Singapura mengalami pertumbuhan investasi tertinggi di kuartal pertama, dengan kenaikan sebesar 134 persen secara tahunan (yoy) menjadi US$5,7 miliar, didorong oleh transaksi di sektor perkantoran dan ritel.
Baca Juga
Berdasarkan laporan tersebut, Jepang merupakan pasar investasi terbesar di kawasan Asia Pasifik dengan nilai investasi sebesar US$8,5 miliar meskipun terjadi penurunan secara tahunan sebesar 26 persen.
Korea Selatan mengalami pertumbuhan positif di kuartal pertama, dengan peningkatan investasi sebesar 89 persen secara tahunan menjadi US$8,2 miliar, didukung oleh diversifikasi investasi pada sektor perkantoran, ritel dan logistik serta industri.
Adapun, China pada tahun 2022 mencatatkan volume investasi senilai US$8,3 miliar, kendati mengalami stagnansi di kuartal pertama.
Sementara itu, Australia membukukan pertumbuhan investasi tahunan terbesar ketiga sebesar 49 persen seiring suntikan modal investor sebesar US$4,7 miliar ke pasar properti terutama pada sektor perkantoran.
Investasi di sektor ritel mencatat pertumbuhan terbesar pada kuartal pertama tahun 2022 sebesar 39 persen secara tahunan (yoy). Selama periode tersebut, investasi senilai lebih dari US$8 miliar mengalir ke aset ritel, seiring melonggarnya pembatasan mobilitas masyarakat.
“Imbal hasil yang menarik dan diversifikasi portofolio mendorong kepercayaan diri investor terhadap prospek ruang ritel, seperti terlihat pada transaksi Tanglin Shopping Center dengan nilai investasi US$642 juta di Singapura, Seongsoo E-mart senilai US$552 juta di Korea, dan Casuarina Square dengan total nilai US$288 juta di Australia,” ujarnya.
Perkantoran masih menjadi sektor paling populer di Asia Pasifik. Ini terlihat dari volume investasi langsung yang tumbuh 9 persen (yoy) menjadi US$17,3 miliar sepanjang kuartal pertama. Didorong oleh bisnis penyewaan dan permintaan yang tinggi.
Head of Investor Intelligence and Strategy, Asia Pacific JLL Pamela Ambler menyebutkan investor di tahun ini memilih menanamkan modalnya ke sektor industri dan logistik.
“Investor memiliki lebih dari US$50 miliar cadangan tunai dan pada kuartal pertama menunjukkan keyakinan mereka dengan menanamkan modal di seluruh wilayah dan sektor. Dalam beberapa bulan mendatang, momentum akan beralih ke logistik dan industri karena adanya pasokan ke pasar, dan dana akan semakin fokus pada sektor-sektor pendapatan yang kuat,” papar Ambler.
Sementara itu, aktivitas di sektor logistik dan industri naik 3,5 persen (yoy), akan tetapi laju pertumbuhan berjalan moderat, dengan perolehan dana investasi sebesar US$8,3 miliar pada kuartal pertama. Tidak adanya transaksi portofolio yang signifikan menjadi sebab lambatnya pertumbuhan investasi di sektor tersebut, walaupun ada minat besar dari investor. Transaksi utama mencakup penjualan DLJ Greater Shanghai Portfolio senilai US$717 juta di China.
Transaksi investasi di sektor perhotelan mencapai US$3,1 miliar dengan banyaknya hotel yang berpindah kepemilikan dan sejumlah investor mencoba mencari keuntungan dari selisih harga atau mengubah sejumlah aset hotel yang tidak menghasilkan keuntungan. JLL memperkirakan sektor perhotelan akan rebound lebih jauh di tahun 2022, dengan prediksi transaksi sebesar US$10,7 miliar setahun penuh, atau naik 15 persen dibanding tahun 2021.