Bisnis.com, JAKARTA — Komisi VII DPR RI menilai negatif kejadian semburan liar atau blow out gas Hidrogen Sulfida (H2S) yang kembali berulang dari proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi atau PLTP Sorik Marapi yang dioperasikan oleh PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) selama satu tahun terakhir.
Insiden itu dinilai mengganggu iklim investasi pada sektor energi baru terbarukan (EBT) yang belakangan ikut menyulitkan upaya percepatan pembahasan rancangan undang-undang (RUU) EBT tahun ini.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Maman Abdurrahman mengatakan komisinya bakal membentuk panitia khusus atau Pansus untuk mengaudit penyebab utama dari berulangnya insiden semburan liar gas beracun yang turut merenggut korban nyawa tersebut.
“Habis ini kita akan Pansus-kan, kita akan melakukan audit ke dalam karena informasi yang kita dapatkan diduga Sorik Marapi mengabaikan standar operasional dan akhirnya terbukti kejadian empat kali,” kata Maman saat rapat dengar pendapat umum, Jakarta, Senin (23/5/2022).
Maman mengatakan insiden itu secara langsung berdampak negatif pada rencana investasi yang masih relatif rendah di sektor panas bumi. Padahal, kata dia, pemerintah tengah gencar beralih pada sumber energi bersih. Konsekuensinya, pembahasan RUU EBT dipastikan ikut molor lantaran sejumlah insiden yang kembali berlanjut pada tahun ini.
“Hari ini Komisi VII sedang mendorong RUU EBT, kalau sampai kita gagal dalam situasi realitas di lapangan seperti ini dampaknya bisa kemana-mana, akan memengaruhi iklim investasi di negara kita, kalau momentum ini tidak bisa dilakukan perbaikan,” tuturnya.
Baca Juga
Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan telah terjadi empat kali semburan liar atau blow out yang disertai dengan gas Hidrogen Sulfida (H2S) yang berasal dari proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi atau PLTP Sorik Marapi yang dioperasikan oleh PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) selama satu tahun terakhir.
“Untuk di 2021 sampai dengan terakhir 24 April 2022 ada empat kali kejadian yang pertama itu di Januari 2021 ada kejadian keracunan H2S yang meninggal sampai 5 orang,” kata Direktur Panas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Harris Yahya saat memberi keterangan dalam Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Senin (23/5/2022).
Ihwal insiden terakhir pada 24 April 2022, Harris menuturkan, hal itu disebabkan karena terjadi tabrakan pada saat proses pengeboran sumur T-12 terhadap sumur T-11 yang menyebabkan kerusakan pada konstruksi pada lapisan semen dan penutup sumur T-11. Konsekuensinya, fluida panas bertekanan di dalam sumur T-11 mengalir keluar melalui sumur T-12.