Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Arab Saudi dan UEA Peringatkan Stok Minyak Menipis

Dua negara yang menjadi produsen minyak terbesar di dunia yakni Arab Saudi dan UEA memperingatkan risiko yang berpeluang muncul di sektor energi global.
Ilustrasi pengeboran minyak lepas pantai./Bloomberg-Angel Navarrete
Ilustrasi pengeboran minyak lepas pantai./Bloomberg-Angel Navarrete

Bisnis.com, JAKARTA - Produsen minyak terbesar di dunia yakni Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) memperingatkan menipisnya kapasitas di seluruh sektor energi lantaran produknya diborong usai konflik antara Rusia dan Ukraina terjadi.

"Saya sudah sangat tua, tetapi saya belum pernah melihat kejadian seperti ini," ungkap Menteri Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman saat menghadiri pertemuan OPEC di Abu Dhabi, seperti dilansir Bloomberg pada Selasa (10/5/2022),

Menurutnya, dunia harus sadar terhadap kenyataan yang ada bahwa dunia mulai kehabisan pasokan energi.

Hal ini disebabkan oleh kurangnya investasi pada industri produksi dan penyulingan sehingga harga bahan bakar melonjak.

Sementara itu, Menteri Energi UEA Suhail al Mazrouei mengungkapkan dalam panel yang sama bahwa tanpa investasi global, OPEC+ tidak akan bisa menjamin pasokan minyak yang cukup setelah permintaan pulih pascapandemi.

Kedua negara ini telah menghabiskan investasi miliaran dolar AS untuk meningkatkan kapasitas minyak mentah hingga 2 juta barel per hari hingga akhir dekade ini.

Adapun produsen lainnya masih berjuang untuk mencari pendanaan karena pemegang saham dan pemerintah mendorong peralihan bahan bakar fosil ke energi terbarukan.

Namun, untuk saat ini, belum ada yang melaporkan kekurangan minyak sehingga OPEC+ belum berencana mempercepat peningkatan produksi.

"Pasarnya seimbang," ungkapnya.

Negara-negara seperti Amerika Serikat dan kawasan Eropa telah menekan anggota OPEC untuk meningkatkan pasokan mereka.

Harga minyak mentah telah melonjak lebih dari 35 persen tahun ini menjadi sekitar US$105 per barel, utamanya karena serangan Rusia.

Sebelumnya, negara dengan ekonomi terbesar yang tergabung dalam G7 telah berjanji untuk menyetop impor minyak dari Rusia karena invasinya di Ukraina.

Kendati demikian, Pangeran Abdulaziz menekankan bahwa kondisi geopolitik tidak boleh memengaruhi keputusan OPEC+.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper