Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kilang Milik Miliarder Ambani Dapat Rejeki Nomplok dari Perang

Kilang, yang dimiliki oleh miliarder India Mukesh Ambani, meraih untuk setelah membeli kargo minyak mentah yang didiskon setelah sanksi Uni Eropa atas bahan bakar Rusia.
Chairman dan Managing Director Reliance Industries Mukesh Ambani./Bloomberg
Chairman dan Managing Director Reliance Industries Mukesh Ambani./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Invasi Rusia ke Ukraina telah membuka peluang arbitrase yang begitu menarik sehingga Reliance Industries Ltd. menunda pekerjaan pemeliharaan di kompleks penyulingan minyak terbesar di dunia untuk menghasilkan lebih banyak solar dan nafta setelah harga melonjak.

Kilang, yang dimiliki oleh miliarder India Mukesh Ambani, membeli kargo minyak mentah yang didiskon setelah sanksi Uni Eropa atas bahan bakar Rusia mendorong margin beberapa produk minyak ke level tertinggi tiga tahun.

Kilang kembar raksasa Reliance dapat memproses sekitar 1,4 juta barel setiap hari dari hampir semua jenis minyak mentah. Perusahaan ini juga dikenal karena kelincahannya dalam perdagangan minyak, yang membantunya mendapatkan keuntungan dari perubahan harga.

“Kami telah meminimalkan biaya bahan baku dengan mengambil barel arbitrase,” kata Joint Chief Financial Officer Reliance Industries V. Srikanth dalam briefing Jumat.

Penyulingan India telah menyerap barel diskon yang dijauhi oleh AS dan sekutunya yang berusaha mengisolasi pemerintah Vladimir Putin. Aliran minyak Rusia ke India tidak dikenai sanksi, dan sementara pembelian tetap sangat kecil dibandingkan dengan total konsumsi India. Aliran minyak ini membantu menahan laju inflasi yang cepat yang memicu protes di beberapa wilayah di anak benua itu.

Perusahaan penyulingan milik negara dan swasta di importir minyak terbesar ketiga di dunia telah membeli lebih dari 40 juta barel minyak mentah Rusia sejak perang pada akhir Februari, menurut laporan Bloomberg.

Margin diesel melonjak 71 persen pada Januari-Maret dari kuartal sebelumnya, sementara pada bensin naik 17 persen dan harga nafta naik 18,5 persen, menurut presentasi perusahaan.

Reliance yang berbasis di Mumbai, yang memperoleh sekitar 60 persen pendapatannya dari minyak, melaporkan laba kuartalan yang lebih rendah dari perkiraan pada Jumat karena kewajiban pajak dan biaya yang lebih tinggi di bagian lain konglomerat mengimbangi keuntungan yang diperoleh dari ekspor bahan bakar.

Laba bersih naik 22 persen menjadi 162 miliar rupee (US$2,1 miliar) dalam tiga bulan yang berakhir 31 Maret, jauh di bawah rata-rata laba 168,2 miliar rupee yang diperkirakan oleh survei analis Bloomberg.

“Pengurangan impor diesel oleh Eropa dari Rusia dan persediaan global yang rendah akan mendukung margin," kata Srikanth. Namun, kemungkinan gangguan dari lonjakan virus Corona di China dan masalah rantai pasokan lainnya dapat mengganggu permintaan, tambahnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper