Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Siap-siap Permintaan Bahan Pokok Kembali Naik H+7 Lebaran

Ada sekitar 20 juta orang yang akan kembali ke pusat bisnis setelah lebaran sehingga mengerek permintaan bahan pokok.
Pedagang menata barang dagangannya di Pasar Senen, Jakarta, Senin (4/5/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pedagang menata barang dagangannya di Pasar Senen, Jakarta, Senin (4/5/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menilai setelah Lebaran atau Idulfitri menjadi periode di mana terjadi penurunan permintaan bahan pokok dan akan kembali naik pada H+7 lebaran.

Sekretaris Jenderal Ikappi Reynaldi Sarijowan mengatakan bahwa kenaikan tersebut terjadi karena dampak dari para pemudik kembali ke wilayah asalnya dan harus memenuhi kebutuhan pokoknya.

“Untuk itu harus diwaspadai juga, ada sekitar 20 juta lebih yang  akan kembali ke pusat bisnis dan kerja untuk memenuhi kebutuhan, itu biasanya H+7 akan ada kenaikan,” ujar Reynaldi, Kamis (5/5/2022).

Reynaldi meminta pemerintah dan stakeholders terkait untuk mendistribusikan bahan pokok dengan baik. Apabila melihat harga bahan pokok Kamis (5/5/2022), harga cabai masih di atas normal.

Berdasarkan laporan Reynaldi, harga cabai merah keriting masih bertengger di Rp48.500 per kilogram — Rp49.000 per kilogram. Harga cabai merah besar (TW)  berada di Rp62.000 per kilogram sementara cabai rawit merah di angka Rp49.000 per kilogram sampai Rp50.000 per kilogram.

“Ini sebenarnya nggak stabil, normalnya itu kan cabai kita Rp32.000 hingga Rp33.000 per kilogram, kesannya dipublik stabil, sesungguhnya nggak,” lanjut Reynaldi.

Reynaldi merasa harga yang tidak normal tersebut patut ditelisik lebih dalam. Menurutnya, ketidaknormalan ini jika diambil sepenuhnya oleh petani tidak menjadi persoalan.

Saat ini, harga bawang merah dan bawang putih berada di angka Rp47.000 per kilogram hingga Rp48.000 per kilogram. Harga tersebut dinilai Reynaldi turun karena memang terjadi penurunan permintaan.

Harga daging ayam di pasaran pun turun menjadi Rp42.000 per kilogram hingga Rp43.000 per kilogram yang juga belum dapat dikatakan normal. 

“Minyak goreng yang menurut kami ini sudah seminggu sejak larangan ekspor dikeluarkan tidak ada implementasinya di lapangan. Harga masih di kisaran Rp20.000 per liter, belum sesuai HET Rp14.000 per liter,” lanjut dia.

Bahkan di beberapa pasar, pada saat hari raya atau hari H Idulfitri mencapai angka Rp21.000 per liter atau hampir sama dengan harga minyak goreng dalam kemasan. Sama halnya gula pasir yang tertahan di harga Rp14.500 per kg karena pabrik baru memasuki musim giling.

Adapun, untuk harga daging masih tinggi di angka Rp155.000 per kg.

“Kalau ada permintaan tinggi, pasti harga melonjak, tapi kalau permintaan nggak tinggi namun harga melonjak, pasti ada masalah, kita cek minggu depan seperti apa kondisi bahan pkok kita,” ujar Reynaldi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper