Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Setelah Kebijakan The Fed, JPMorgan Chase & Co hingga Citibank Kerek Suku Bunga

Bank-bank utama di Amerika Serikat seperti JPMorgan, Wells Fargo, hingga Citibank bermanuver setelah keputusan The Fed.
JPMorgan tercatat menjadi bank besar pertama di dunia yang ekspansi ke dunia metaverse. /JP Morgan
JPMorgan tercatat menjadi bank besar pertama di dunia yang ekspansi ke dunia metaverse. /JP Morgan

Bisnis.com, JAKARTA — Perbankan utama Amerika Serikat seperti JPMorgan Chase & Co, Wells Fargo Bank, dan Citibank telah menaikkan suku bunga terhitung efektif mulai Kamis (5/5/2022) waktu setempat.

Tiga bank utama Negeri Paman Sam itu mengerek suku bunga utama menjadi 4,0 persen. Dilansir dari Antara Kamis (5/5/2022), kebijakan itu ditempuh usai keputusan bank sentral Amerika Serikat, The Fed, menaikkan suku bunga 50 basis poin.

Dengan demikian, tiga bank utama itu menaikkan 50 basis poin suku bunga pinjaman dasar.

Sebagai catatan, Bank sentral AS Federal Reserve alias The Fed akhirnya mengumumkan kebijakan kenaikan suku bunga 50 basis poin usai rapat FOMC, Kamis (5/5/2022) dini hari waktu Indonesia.

Kebijakan tersebut akan membuat kisaran target untuk suku bunga dana federal mencapai 0,75 persen hingga 1 persen, dibandingkan kisaran sebelumnya yang berada pada rentang 0,25 persen hingga 0,5 persen.

Berdasarkan catatan Bloomberg, ini merupakan kenaikan paling agresif yang pernah dilakukan The Fed sejak tahun 2000. The Fed mengatakan bahwa kenaikan ini terpaksa ditempuh demi menetralisir kondisi inflasi AS.

Dalam pernyataan resmi, The Fed menyiratkan jika langkah lebih agresif tersebut tidak jadi ditempuh mengingat sejumlah indikator di luar inflasi masih menunjukkan secercah harapan.

"Peningkatan lapangan kerja sangat pesat dalam beberapa bulan terakhir, dan tingkat pengangguran telah turun secara substansial.”

Sebenarnya, kenaikan suku bunga 50 basis poin yang akhirnya ditempuh The Fed sejalan dengan konsensus analis dalam beberapa hari belakangan.

Akan tetapi, sejumlah pakar menyatakan bahwa kesesuaian tersebut tidak lantas menghapus potensi risiko yang ada. Termasuk kemungkinan dampaknya terhadap peluang resesi Negeri Paman Sam tahun depan.

"Ini tetap langkah yang cepat, dan sudah sepantasnya membuat konsumer dan pelaku pasar lebih berhati-hati," ujar asisten profesor keuangan Columbia Business School Yiming Ma.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper