Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stok Sapi dan Kerbau Melimpah, Mengapa Indonesia Tetap Impor? Ini Penyebabya

Dikutip dari data Badan Pusat Statistik (BPS), secara nasional, total populasi sapi di Indonesia pada tahun 2021 adalah sebesar 18 juta ekor. Angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 17,4 juta ekor.
Pedagang daging sapi segar melayani konsumen, di  Pasar Modern, Serpong, Tangerang Selatan, Senin (2/6/2019)./Bisnis-Endang Muchtar
Pedagang daging sapi segar melayani konsumen, di Pasar Modern, Serpong, Tangerang Selatan, Senin (2/6/2019)./Bisnis-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA-Stok daging sapi dan kerbau di Indonesia sejatinya mencukupi untuk kebutuhan bulan Ramadan dan Idul Fitri setiap tahun. Akan tetapi, sapi yang dipelihara keluarga peternak Indonesia tersebut sulit masuk pasar secara dinamis.

Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan hal tersebut lantaran sapi atau kerbau yang dipelihara keluarga di Indonesia hanya dijadikan sambilan sebagai tabungan.

“Jika harga tinggi mereka jual tapi jika tidak mereka tidak jual meski mau Lebaran. Mereka jual untuk kawinan anaknya, buat sekolah dan keperluan yang mendesak,” ujar Khudori saat dihubungi, Selasa (26/4/2022).

Menurut Khudori, Badan Pangan yang bekerja sama dengan PT Berdikari pernah berupaya untuk memobilisasi sapi dan kerbau lokal untuk persediaan menjelang Lebaran. Namun, hasilnya tak mencapai target.

“Meskipun stoknya banyak tapi tidak marketable. Tidak bisa masuk pasar, itu masalahnya,” imbuh Khudori.

Dikutip dari data Badan Pusat Statistik (BPS), secara nasional, total populasi sapi di Indonesia pada tahun 2021 adalah sebesar 18 juta ekor. Angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 17,4 juta ekor.

Adapun persediaan pada bulan Ramadan dan menjelang lebaran ini, pemerintah lewat Bulog telah mengimpor daging kerbau beku sebesar 36 ribu ton dari India. Sedangkan pihak swasta, menurut Asosiasi Pengusaha Importir Indonesia atau Aspidi telah mengimpor sekitar 26 ribu ton daging sapi beku.

Daging tersebut memang relatif lebih murah ketimbang daging segar/potong. Menurut Khudori, hal tersebut juga karena impor daging bukan hanya dari India tapi juga Pakistan.

“India tidak bisa matok harga begitu tinggi. Daging kerbau beku itu alternatif buat masyarakat. Jika daya belinya mencukupi untuk segar itu ya daging kerbau atau sapi beku.”

Kendati stok daging beku berlimpah, Khudori mengatakan produk tersebut tidak saling mensubstitusi. Padahal, sejak pemerintah mengambil kebijakan impor daging beku pada 2017, diharapkan daging akan berada di kisaran harga Rp 80 ribu per kilogram.

“Tapi tidak kesampaian. Harga daging kerbau baru bisa Rp80 ribuan,” ucapnya.

Selain itu, Khudori menyebut terdapat pula kasus daging kerbau dioplos dengan daging sapi. Tentu dengan harganya yang lebih murah.

“Ini konsumen tidak tahu. Sebetulnya dari sisi perdagangan ya penipuan. Si pedagang tidak menjelaskan ini sebetulnya dioplos karena pengawasan tidak ada, terutama di pasar-pasar becek,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Indra Gunawan
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper