Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani dan Sejumlah Pejabat Desak Reformasi di Bank Dunia

Menteri Keuangan Sri Mulyani bersama sejumlah pejabat lainnya menyerukan reformasi agar Bank Dunia lebih baik dalam menghadapi tantangan global yang semakin meningkat.
Peserta berdiri di dekat logo Bank Dunia dalam rangkaian Pertemuan IMF - World Bank Group 2018, di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018)./Reuters-Johannes P. Christo
Peserta berdiri di dekat logo Bank Dunia dalam rangkaian Pertemuan IMF - World Bank Group 2018, di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018)./Reuters-Johannes P. Christo

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani bersama dengan sejumlah pejabat lainnya menyerukan reformasi agar Bank Dunia lebih baik dalam menghadapi tantangan global yang semakin meningkat, seperti perubahan iklim dan sifat klien yang berubah.

"Kami tidak dapat menggunakan bisnis yang sama seperti biasa. Jika Anda bertanya apakah perlu perubahan, iya," kata Sri Mulyani.

Tanggapan tersebut muncul sehari setelah Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen dan penasihat Gedung Putih menyerukan reformasi besar di Bank Dunia. Tak hanya Janet Yellen, kelompok publik dan swasta juga mendesak agar reformasi perlu dilakukan.

"Bank Dunia tidak dibangun untuk mengatasi berbagai krisis global yang tumpang tindih, termasuk pandemi Covid-19, perang Rusia di Ukraina dan perubahan iklim," kata Yellen, melansir channelnewsasia.com, Sabtu (23/4/2022).

Sri Mulyani pada Jumat (22/4/2022) menyampaikan, Bank Dunia  tengah menghadapi tantangan global yang jauh lebih besar dan lebih banyak, dan basis kliennya telah berubah untuk memasukkan lebih banyak negara berpenghasilan menengah.

Kelompok masyarakat sipil, negara berkembang, dan akademisi juga menuntut perombakan institusi "Bretton Woods", mengacu pada konferensi yang diadakan di kota New Hampshire pada tahun 1941 yang mengarah pada pembentukan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia.

Kelompok tersebut juga mengatakan bahwa suntikan modal swasta diperlukan lebih banyak lagi guna mengatasi berbagai krisis yang tumpang tindih, dimana saat ini mendorong 250 juta orang kembali kedalam kemiskinan ekstrem.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut mengatakan, kekuatan Bank Dunia dulunya memang terkait dengan operasional negara. Namun, jika berbicara mengenai masalah global, menurut Sri Mulyani tidak bisa hanya berbicara dengan klien berdasarkan yurisdiksi atau kedaulatan.

"Perubahan diperlukan untuk memastikan Bank dunia memiliki skala dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengatasi berbagai krisis global, dan untuk merespons lebih cepat ketika krisis muncul," ujarnya.

Pada tahun fiskal 2021, pinjaman Bank Dunia berjumlah US$99 miliar, namun para ahli memproyeksi triliunan dolar dibutuhkan guna membantu negara-negara beradaptasi dengan perubahan kondisi iklim, mengatasi kemiskinan yang kian meningkat dan bersiap menghadapi pandemi di masa depan.

"Untuk membantu membiayai pekerjaan yang diperlukan, sangat penting untuk memanfaatkan sumber daya publik dan menarik lebih banyak modal swasta," saran Sri Mulyani, merujuk pada penggunaan pembiayaan campuran yang dilakukan Indonesia untuk mengumpulkan dana dari pemerintah, lembaga multilateral, pemberi pinjaman bilateral dan sektor swasta.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper