Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Optimisme Pengusaha Tekstil Malah Loyo Jelang Lebaran, Ini Sebabnya

Barang-barang impor ilegal terpantau ikut menikmati legitnya pasar Lebaran di Tanah Air, khususnya yang masuk melalui marketplace.
Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). Bisnis/Rachman
Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Jelang momentum Lebaran, optimisme pelaku usaha tekstil justru menurun karena sejumlah faktor.

Ketua Umum Asosiasi Serat, Benang, dan Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan barang-barang impor ilegal terpantau ikut menikmati legitnya pasar Lebaran di Tanah Air, khususnya yang masuk melalui marketplace.

Dicurigai barang-barang tersebut ilegal karena harganya jauh lebih murah dan tidak ada label Standar Nasional Indonesia (SNI). Adapun, untuk pengendalian impor, pemerintah telah menerbitkan sejumlah peraturan bea masuk tindakan pengamanan (BMTP) atau safeguard.

"Kemarin kami sangat optimistis, tetapi begitu lihat masih ada barang-barang [impor ilegal] masuk seperti itu, kami agak khawatir. Mudah-mudahan saja [produk domestik] bisa di-absorb full oleh market," katanya kepada Bisnis, Kamis (21/4/2022).

Dia memproyeksikan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dapat mencapai pertumbuhan di atas 3 persen pada semester I/2022. Adapun pada kuartal I/2022, angka pertumbuhan seharusnya dapat mencapai di atas 5 persen, jika impor ilegal dapat dikendalikan.

Redma melanjutkan lonjakan penjualan pada momentum Lebaran akan ditentukan dalam dua minggu ke depan. Sejak awal tahun ini, lanjutnya, produsen bahan baku di hulu sudah memproduksi dengan jumlah melimpah, yang kemudian diserap oleh produsen tekstil dan industri kecil menengah (IKM) garmen.

"Kalau ritelnya bisa absorb, saya kira pertumbuhannya bisa sekitar 5 persen [di kuartal I/2022]," ujarnya.

Selain masuknya barang-barang impor ilegal, yang juga menggerus optimisme pengusaha yakni libur Lebaran yang dinilainya terlampau panjang sehingga akan berdampak pada produktivitas pabrikan.

Redma mengatakan, dengan libur panjang selama 10 hari dan tutupnya operasional sektor-sektor esensial, maka kinerja ekspor dipastikan juga akan terganggu.

"Terus produksi kami juga pasti berkurang. Jadi itu yang membuat kami di kuartal dua ini agak pesimistis," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper