Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Banyak Pabrik Semen Nganggur, Asosiasi Minta Pemerintah Moratorium Pabrik Baru

Kapasitas terpasang industri semen nasional mencapai 116 juta ton, sedangkan permintaan tahun lalu saja hanya mencapai 67 juta ton. Karena itu, para pelaku industri meminta adanya penghentian sementara untuk pembangunan pabrik baru.
Fasilitas kiln atau pembakar semen di Pabrik Indarung 1 milik PT Semen Padang. Pabrik Indarung 1 berhenti beroperasi penuh pada 1999./Dwi Nicken Tari
Fasilitas kiln atau pembakar semen di Pabrik Indarung 1 milik PT Semen Padang. Pabrik Indarung 1 berhenti beroperasi penuh pada 1999./Dwi Nicken Tari

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mengusulkan moratorium pembangunan pabrik baru hingga 2030. Hal ini berkaitan dengan oversupply industri semen, di mana kapasitas terpasang mencapai 116 juta ton, sedangkan permintaan tahun lalu saja hanya mencapai 67 juta ton.

Ketua Umum ASI Widodo Santoso mengatakan pihaknya berharap pemerintah benar-benar berkomitmen untuk menyetop penerbitan izin pembangunan pabrik semen dengan pengecualian Indonesia bagian Timur.

"ASI sudah mengusulkan untuk pemberlakuan moratorium karena sampai dengan 2030 kebutuhan semen masih bisa mencukupi," kata Widodo kepada Bisnis, Selasa (19/4/2022).

Selain menyebabkan utilitas kapasitas produksi industri semen tak maksimal, kondisi oversupply juga menimbulkan perang harga di pasaran. Sehingga persaingan usaha menjadi tidak sehat.

ASI mencatat ada dua pabrik baru beroperasi pada tahun lalu, yakni Semen Singa Merah dan Semen Grobogan. Semen Singa Merah diketahui merupakan merek milik Jember Hongshi Cement, perusahaan patungan Hongshi Holding Group asal China dengan PT Semen Imasco Asiatic Indonesia.

Dihubungi terpisah, Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM), Imam Suyudi mengatakan izin kedua pabrik tersebut sudah terbit beberapa tahun silam.

Dia menggarisbawahi bahwa investasi baru pabrik semen rata-rata membutuhkan waktu dua tahun. Selain izin awal, masih banyak dibutuhkan perizinan dan lahan yang cukup luas untuk mendirikan pabrik.

"Izinnya [Semen Singa Merah dan Semen Grobogan] dari tahun 2016 dan 2017," kata Imam.

Sementara itu, di tengah kondisi oversupply tersebut, kinerja ekspor dapat menjadi jalan keluar untuk memaksimalkan kapasitas produksi industri. Sayangnya, kinerja ekspor semen sudah sejak tahun lalu mengalami penurunan karena pasokan batu bara yang terbatas ke pabrikan.

Pasokan yang seret mendorong pabrikan fokus untuk memenuhi kebutuhan domestik saja, sehingga produksi berorientasi ekspor dihentikan.

"Kesulitan industri semen saat ini di samping harga batu bara melejit tinggi dan pasokan yang belum normal, harga solar juga naik sehingga menambah beban produksi," kata Widodo.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper