Bisnis.com, JAKARTA - Keputusan Indonesia untuk menunjuk bintang pop sebagai juru bicara G20 menuai kritik. Akademisi dan peneliti ilmu politik menilai langkah ini sebagai janji sia-sia yang telah dibuat pemerintah sebagai bagian dari upaya untuk terhubung dengan populasi mudanya.
Ayunda Faza Maudya - penyanyi dan aktris berusia 27 tahun yang lebih dikenal sebagai Maudy Ayunda - ditunjuk sebagai juru bicara presidensi G20.
Maudy Ayunda mengambil peran sebagai juru bicara G20 saat Indonesia menghadapi keseimbangan yang sulit untuk menampung beberapa pemimpin dari 20 ekonomi terbesar dunia akibat invasi Rusia ke Ukraina. Delegasi Rusia masih diundang ke pertemuan G20 di Washington minggu ini, meskipun negara-negara lain mengancam akan memboikot.
“Penunjukan simbolis ini merupakan bagian dari upaya meredam kritikan dari kaum muda terhadap isu-isu kritis, seperti pekerjaan dan pelayanan publik,” kata Wasisto Raharjo Jati, peneliti politik di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI.
“Penjangkauan pemerintah condong ke kaum muda perkotaan yang memiliki hak istimewa – jenis milenium yang sesuai dengan ide yang ingin mereka promosikan – sementara meninggalkan mayoritas yang berpenghasilan menengah ke bawah dan tinggal di daerah pedesaan.”
Lebih dari setengah dari 273 juta orang di Indonesia berusia di bawah 35 tahun dan tingkat pengangguran di dalam negeri berusia 16 hingga 30 tahun berkisar 14 persen tahun lalu.
Baca Juga
Dikutip dari Bloomberg, kaum muda Indonesia lebih mungkin menjadi pengangguran dua kali lipat dari tingkat nasional 6,5%. Terlepas dari program pelatihan kerja dan beasiswa untuk pendidikan tinggi yang dikelola negara, sekitar satu dari lima di antaranya tidak bekerja atau belajar, angka yang menjadi pertanda buruk bagi tujuan Indonesia untuk menjadi ekonomi berpenghasilan tinggi pada tahun 2045.
Maudy, yang tidak memiliki pengalaman diplomatik atau ekonomi, resmi ditunjuk sebagai juru bicara pada 31 Maret 2022. Pada pengarahan pertamanya, dia tampaknya mengabaikan pertanyaan tentang kehadiran Putin. Penyelenggara mengatakan kepada wartawan untuk bertanya tentang kepribadiannya sebagai gantinya.
"Sebagai bagian dari tim juru bicara, perannya adalah untuk melaporkan hasil pertemuan G20 yang relevan dengan Indonesia sementara isu-isu sensitif akan ditangani oleh perwakilan lain," kata Ayunda menanggapi pertanyaan Bloomberg.
"Ia terpilih sebagai sosok yang dapat menjangkau masyarakat luas, khususnya generasi millennial dan Gen Z," kata Dedy Permadi, Juru Bicara Kementerian Komunikasi.
Namun, ketika Bloomberg mengirimkan pertanyaan tentang G20 ke Kementerian Luar negeri dan Kementerian Komunikasi, pertanyaan itu diarahkan kepada Maudy Ayunda sebagai juru bicara.
"Penunjukan Ayunda masuk akal karena pendidikannya di luar negeri dan dorongan pemerintah untuk menciptakan panutan bagi kaum muda," kata Irfan Wahyudi, wakil dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga.
Tetapi untuk G20, negara membutuhkan perwakilan yang dapat berbicara tentang isu-isu global atas namanya, tegasnya
“Dalam hal ini, pemanfaatan anak muda akan dilihat sebagai gimmick, bukan sebagai fungsi strategis.”