Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memperkirakan surplus neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2022 akan mencapai US$3,2 miliar.
Jumlah surplus tersebut menurun jika dibandingkan dengan periode Februari 2022 yang mencapai UUS$3,83 miliar.
Bhima menjelaskan, penurunan surplus pada Maret 2022 dipengaruhi oleh kenaikan impor menjelang Ramadan dan Idulfitri.
“Produsen juga melakukan kenaikan kapasitas produksi, dibuktikan dengan survei dunia usaha pada kuartal I/2022 yang menunjukkan nilai Saldo Bersih Tertimbang [SBT] sebesar 8,71 persen, lebih tinggi dari SBT pada kuartal IV/2021 sebesar 7,10 persen,” katanya kepada Bisnis, Minggu (17/4/2022).
Perkembangan tersebut kata Bhima juga tercermin dari kenaikan PMI manufaktur menjadi 51,3 pada Maret 2022.
Di samping itu, belanja masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari juga terlihat meningkat sejalan dengan pelonggaran mobilitas.
Dia menambahkan, nilai impor ikut terdorong naik khususnya pada komoditas serealia, gula, jagung, dan gandum.
“Tentu impor BBM karena melonjaknya harga dan volume ikut berkontribusi signifikan dalam menurunnya surplus perdagangan,” jelas Bhima.