Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Lanka Terjerat Utang, Bursa Efek Setop Aktivitas

Saat ini, negara itu juga tengah dihadapkan dengan ketegangan politik di mana rakyat Sri Lanka memenuhi jalanan, meminta Presiden Gotabaya Rajapaksa turun.
Bendera nasional Sri Lankan. /Bloomberg-Taylor Weidman
Bendera nasional Sri Lankan. /Bloomberg-Taylor Weidman

Bisnis.com, JAKARTA — Komisi perdagangan efek Sri Lanka memerintahkan Colombo Stock Exchange untuk menyetop aktivitas sementara pada pekan depan untuk memberi investor waktu memahami kondisi perekonomian negaranya.

Dilansir Bloomberg pada Sabtu (16/4/2022), hal itu disampaikan oleh Komisi Efek dan Bursa Sri Lanka (SEC). Dewan direksi bursa efek dan para pemangku kepentingan lainnya menginginkan penutupan pasar untuk sementara waktu.

"[SEC] dengan hati-hati mempertimbangkan alasan yang dikemukakan oleh mereka dan telah mengevaluasi dampak situasi saat ini di negara terhadap pasar saham, khususnya dalam melakukan perdaagangan yang tertib dan adil,” seperti dikutip dari pernyataan.

Delegasi Sri Lanka telah datang ke Washington untuk mencari pinjaman kepada Dana Moneter Internasional (IMF) dan pemberi pinjaman lainnya senilai US$4 miliar untuk membayar impor pangan dan bahan bakar serta membatasi gagal bayar utang.

Saat ini, negara itu juga tengah dihadapkan dengan ketegangan politik di mana rakyat Sri Lanka memenuhi jalanan, meminta Presiden Gotabaya Rajapaksa turun.

Negara dengan nilai PDB US$81 miliar ini menghadapi kewajiban utang senilai US$8,6 miliar pada tahun ini. Sri Lanka menangguhkan pembayaran pinjaman luar negeri untuk menyimpan uang tunai guna membayar impor makanan dan bahan bakar penting.

"Akan menjadi kepentingan terbaik investor serta pelaku pasar lainnya jika mereka diberi kesempatan untuk memiliki lebih banyak kejelasan dan pemahaman tentang kondisi ekonomi saat ini, agar mereka dapat membuat keputusan investasi yang tepat,” kata SEC.

Kamar Dagang Ceylon menulis kepada regulator, menyatakan kecewa atas keputusan tersebut dan meminta kebijakan dicabut.

Kendati ada gangguan pada perekonomian, mereka menganggap tidak perlu menghentikan perdagangan.

"[Keputusan akan dianggap] oleh pelaku pasar sebagai kegagalam dalam mempertahankan nilai tukar konstan terhadap kekuatan pasar,” tulis Ketua Kamar Dagang Sri Lanka Vish Govindasamy dalam surat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper