Bisnis, JAKARTA - Harga residensial di berbagai perkoraan dunia mengalami lonjakan 11% pada akhir tahun lalu.
Head of International Residential Research Knight Frank Kate Everett-Allen mengatakan rerata pertumbuhan harga rumah tahunan di sejumlah 150 kota di dunia pada kuartal IV tahun 2021 tercatat tumbuh sebesar 11%.
Hal itu tertuang dalam laporan Global Residential Cities Index yang dikeluarkan Knight Frank Global untuk periode kuartal IV tahun 2021.
“Angka tersebut bahkan tercatat sebagai yang tertinggi semenjak kuartal IV tahun 2004, atau yang tertinggi selama 18 tahun ke belakang,” ujarnya dalam laporan, Kamis (14/4/2022).
Amerika memiliki rerata pertumbuhan harga tertinggi sebesar 15%. Lalu diikuti oleh Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA) yang tercatat memiliki rerata pertumbuhan hingga 11%. Sementara itu, untuk kawasan Asia Pasifik tercatat memiliki angka pertumbuhan dikisaran 9%.
Menurutnya, situasi lockdown yang berlarut menyebabkan warga Amerika Serikat berhasil menabung secara signifikan. Hal ini diikuti juga dengan adanya peningkatan nilai ekuitas dari aset rumah yang dimiliki.
“Kekayaan lebih tersebut akhirnya digunakan untuk merenovasi rumah yang ditinggali ataupun untuk membeli properti kembali,” ucapnya.
Global Residential Cities Index periode kuartal IV tahun 2021 juga mencatat bahwa Istanbul memiliki angka pertumbuhan harga residential tertinggi di dunia sebesar 63,2% selama satu tahun terakhir.
Sementara itu, Kuala Lumpur direkam mengalami penurunan tertinggi sebesar -5,7%. Setidaknya terdapat 10 kota yang tercatat mengalami penurunan harga residensial selama 2021.
Untuk Indonesia khususnya Jakarta tercatat sebagai salah satu negara yang memiliki pertumbuhan harga residensial positif sebesar 1,4% pada kuartal IV tahun 2021.
Hal ini juga seiring dengan indeks dari Bank Indonesia dimana pada data akhir tahun 2021 yang menyatakan indeks pertumbuhan perumahan
“Jakarta berada di angka 1,42%. Bank Indonesia juga menyatakan bahwa, indeks harga residential Jakarta di kuartal I tahun 2022 mengalami kontraksi atau berada di angka 1,04%. Kondisi ini juga tercermin dari performa pertumbuhan harga residential di Indonesia,” tuturnya.
Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat menuturkan kinerja sektor perumahan diperkirakan masih positif sepanjang 2022. Hal ini ditopang oleh suku bunga kredit pinjaman yang rendah dan tahan inflasi.
"Pertumbuhan harga terbatas karena pengembang cenderungmenahan kenaikan harga sembari menghabiskan stok rumah siap huni dan insentif PPN DTP properti," katanya.