Bisnis.com, JAKARTA — PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) melaporkan adanya peningkatan permintaan baja yang signifikan dari sejumlah negara Uni Eropa di tengah pembatasan impor produk asal Rusia pada awal tahun ini.
Direktur Komersial Krakatau Steel Melati Sarnita mengatakan krisis yang berawal di kawasan Eropa Timur itu belakangan memberikan peluang kepada produsen baja dalam negeri untuk melakukan penetrasi pasar ke sejumlah negara yang selama ini bergantung pada produk besi dan baja dari Rusia dan Ukraina.
“Saat ini permintaan baja dari negara Uni Eropa terutama Italia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penjualan ekspor KRAS ke Italia pada kuartal pertama 2022 yang mengalami peningkatan sebesar 197 persen menjadi 59 ribu ton dibandingkan kuartal pertama 2021 yang sebesar 20.000 ton,” kata Melati melalui pesan WhatsApp, Kamis (14/4/2022).
Sebelum adanya krisis di kawasan Eropa Timur itu, KRAS mencatatkan ekspor pada 2021 sebesar 262.000 ton untuk produk Hot Rolled Coil (HRC) dan Hot Rolled Pickled Oil (HRPO) ke Malaysia, Australia, dan sejumlah negara Eropa seperti Italia, Belgia, Portugal dan Spanyol. Saat itu, penjualan KRAS ke negara Eropa mencapai 85.000 ton.
Setelah perang pecah dan hambatan dagang dikenakan untuk Rusia, sejumlah negara termasuk Uni Eropa tengah mencari alternatif lain untuk impor produk besi dan baja. KRAS telah menentukan pasar baru untuk ekspor besi dan baja pada tahun ini seperti Pakistan, Vietnam, Turki, Yunani, dan Mesir.
“Hingga Maret 2022, KRAS berhasil melakukan penjualan ekspor sebesar 180.000 ton dan diperkirakan akan mencapai 250.000 ton hingga akhir April 2022,” kata dia.
Baca Juga
Kendati demikian, dia menegaskan KRAS akan tetap berfokus untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik terlebih dahulu sebelum melakukan ekspor.
“Penjualan ekspor merupakan penyeimbang dan alternatif lain untuk mendorong penjualan KRAS,” tuturnya.
Berdasarkan catatan Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA) hingga April 2022, peluang pasar ekspor Indonesia terbuka lebar setelah Komisi Uni Eropa melarang impor produk baja dari Rusia dan Belarusia. Kuota impor yang biasanya diberikan kepada Rusia dan Belarusia akan dialokasikan kepada negara lainnya.
Sebelumnya, Komisi Uni Eropa telah mengumumkan kuota periode dari April sampai Juni 2022 untuk Rusia sebesar 412.317 ton HRC, 59.311 ton rebar, 82.008 ton wire ROD, 23.603 ton hollow section dan 6.538 ton large welded tube. Sementara itu, kuota impor untuk Belarusia di antaranya 65.026 ton wire ROD dan 13.947 ton hollow section.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) menegaskan kinerja neraca perdagangan bakal tetap menguat di tengah sentimen geopolitik global hingga paruh pertama tahun ini. Kemendag tengah menjajaki peluang perluasan ekspor ke Amerika Serikat dan Uni Eropa setelah terbitnya larangan impor sebagian besar komoditas asal Rusia.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kemendag Kasan mengatakan langkah itu dilakukan untuk menjaga kinerja neraca perdagangan tetap surplus di tengah beban inflasi dan ongkos perdagangan internasional yang relatif tinggi.
“Pangsa pasar Rusia di negara-negara tersebut merupakan peluang bagi produk ekspor Indonesia untuk diversifikasi pasar ekspor. Kemendag saat ini tengah menjajaki peluang pasar yang sebelumnya diisi produk Rusia,” kata Kasan melalui pesan WhatsApp, Kamis (14/4/2022).