Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Keuangan Amerika Serikat (AS)membekukan pembayaran kupon obligasi dari rekening pemerintah Rusia yang tersebar di perbankan Negeri Paman Sam tersebut.
Dilansir Bloomberg pada Selasa (5/4/2022), keputusan itu diambil setelah pembayaran utang negara jatuh tempo pada Senin kemarin.
Hal ini otomatis akan semakin menekan Pemerintah Rusia untuk mencari sumber pendanaan alternatif untuk membayar kupon kepada investor.
Tindakan ini juga menekan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengakhiri invasi di Ukraina. Ditambah, tuduhan tentang pembantaian warga sipil di Bucha dan beberapa kota di Ukraina lainnya oleh pasukan Rusia.
Dengan keputusan itu, Rusia hanya punya tiga pilihan, yakni menguras cadangan dolar di negaranya, membelanjakan pendapatan baru, atau berakhir dengan gagal bayar.
Hal itu seperti diungkapkan oleh juru bicara Kantor Kementerian Keuangan untuk Pengawasan Aset Asing yang tidak ingin disebutkan namanya.
Baca Juga
Di tengah proses pembayaran bunga yang rumit, investor AS dan luar negeri lainnya dapat menerima pembayaran utang Rusia bermata uang asing. Namun, pengecualian itu akan berlaku hingga 25 Mei.
"Tampaknya ini adalah putar balik dari apa yang diputuskan oleh Pemerintah AS pada 17 Maret ketika Rusia membayar kupon US$117 juta," ujar Kepala Pendapatan Tetap Avenue Asset Management Ltd. di Hong Kong Carl Wong.
Meskipun mendapatkan peringatan dari berbagai lembaga pemeringkat kredit, Rusia tetap memenuhi kewajiban surat utang luar negerinya.
Sementara itu, obligasi senilai US$2 miliar yang jatuh tempo pada Senin sempat memicu kekhawatiran. Namun, Rusia telah membeli kembali tiga perempat dari jumlah piutang dalam rubel sebelum jatuh tempo.
Tindakan Pemerintah AS ini akan meningkatkan kewaspadaan terhadap pembayaran bunga surat utang negara Rusia yang jatuh tempo pada 27 Mei dan obligasi euro pada 2026 dan 2036.
Sebelumnya, bank sentral Rusia mengungkapkan bahwa cadangan mata uang asing dan emasnya anjlok menjadi US$604,4 miliar per 25 Maret, rekor terendah sejak Agustus 2021.
Artinya, penurunan sebesar US$38,8 miliar dari Februari menunjukkan terkurasnya cadangan devisa Rusia sejak invasi dimulai.
Adapun untuk pembayaran transaksi minyak dan gas masih bisa diproses di tengah sanksi yang diterapkan oleh AS dan sekutunya. Pengecualian ini akan memberi Putin US$321 miliar tahun ini jika komoditas terus mengalir.
Sanksi yang disepakati berbagai negara ini telah memborgol bank sentral Rusia yang dua per tiga cadangannya telah dibekukan.
Kendati Gubernur Bank of Russia Elvira Nabiullina mengatakan tidak dapat mengintervensi pasar, bank sentral dapat menjual mata uang asing untuk mendukung rubel.
Rusia telah berupaya dalam beberapa tahun terakhir untuk menghapus kekuatan dolar dari ekonomi dan pasar keuangan mereka.