Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian mencatat rencana investasi manufaktur untuk sepanjang tahun ini masih sesuai rencana.
Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri mengatakan belum ada dampak dari inflasi dan kenaikan harga bahan baku terhadap rencana investasi. Sementara itu, kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 11 persen pada bulan ini dinilai juga belum menggoyahkan minat investasi di industri dalam negeri.
"Belum ada investor yang menyampaikan ke kami bahwa investasi mereka berhenti. Sejauh ini kontak kami dengan investor yang berinvestasi di manufaktur masih oke saja," kata Febri saat dihubungi Bisnis, Senin (4/4/2022).
Beberapa sektor yang dinilai masih memiliki keunggulan kompetitif untuk masuknya investasi yakni tekstil dan logam.
Berdasarkan catatan Kementerian Investasi/Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) Investasi di industri manufaktur sepanjang 2021 menembus Rp325,4 triliun, tumbuh 16,25 persen dibandingkan capaian 2020 sebesar 272,9 triliun.
Capaian tersebut terdiri atas penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp94,7 triliun dan penanaman modal asing (PMA) sebesar US$15,8 miliar. Adapun pada tahun ini, total investasi diproyeksikan berada di kisaran Rp300 triliun hingga Rp310 triliun.
Baca Juga
Febri mengatakan, permintaan pasar domestik dan ekspor juga masih mendukung perluasan investasi sepanjang tahun ini.
Sementara itu terkait kendala pasokan dan kenaikan harga bahan baku akibat konflik Rusia-Ukraina, Febri mengatakan pemerintah tengah berupaya mencari alternatif sumber pemasok. Pemasok bahan baku dari dalam negeri diprioritaskan, selagi melirik peluang pasokan dari negara lain, salah satunya melalui keringanan impor.
"Yang kami lihat itu soal lama waktu perang Ukraina dan Rusia. Kami sedang mengupayakan ada alternatif pasokan bahan baku lain di luar negeri, dari negara-negara tertentu atau kami memberikan privilege berupa keringanan impor untuk bahan baku," jelasnya.