Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah lonjakan harga komoditas, pelaku industri plastik dalam negeri justru mengantisipasi turunnya biaya bahan baku. Hal itu sebagai dampak lockdown di Shanghai yang ditengarai akan berdampak pada turunnya permintaan bahan baku plastik dari China.
Sekjen Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiyono mengatakan dampak lain dari ditutupnya Shanghai adalah arus impor plastik hilir menjadi sulit.
"Bahan baku plastik akan lebih murah karena China tidak beli, tetapi kita lihat lagi harga minyaknya, menurut prediksi akan stabil," kata Fajar saat dihubungi, Jumat (1/4/2022).
Jika harga bahan baku plastik menjadi lebih murah, maka ada kesempatan pelaku usaha di dalam negeri untuk menaikkan utilitas kapasitas produksinya.
Namun di sisi lain, Fajar mengakui bahwa permintaan di pasar masih sangat berfluktuasi meski telah mendekati Ramadan dan Lebaran. Dia melanjutkan, yang dilakukan pelaku usaha saat ini adalah mendorong barang segera terserap pasar untuk mengantisipasi penurunan harga bahan baku.
"Jangan sampai ditahan terlalu lama, fast moving saja, beli, produksi, jual," lanjutnya.
Sementara itu, mengenai kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 11 persen mulai April, Fajar mengatakan sebenarnya hal itu sudah diantisipasi sejak lama oleh pelaku usaha.
Penyesuaian harga, lanjutnya, menjadi hal yang tak terelakkan karena industriawan harus menambah modal kerja sebesar 9 persen sampai akhir tahun, karena kenaikan PPN tersebut. Selain itu dia mengeluhkan penerapan tarif pajak baru yang bertepatan dengan pelaporan SPT juga memperumit proses administrasi.
"Kami harus merevisi pesanan-pesanan lama yang pengirimannya jatuh pada April, ada penyesuaian-penyesuaian harga, mengubah dokumen-dokumen yang ada," katanya.