Bisnis.com, JAKARTA - Geliat konsumsi dan perubahan pola belanja ke pesan-antar menjadi katalis pertumbuhan industri kemasan selama masa pandemi. Hal itu juga terjadi pada kemasan kertas.
Menurut catatan Federasi Kemasan Indonesia, kemasan kertas dan karton cukup mendominasi pasar kemasan tahun lalu, yakni sebesar 28 persen dari total nilai Rp102 triliun hingga Rp105 triliun.
Realisasi tersebut tumbuh 4 persen hingga 5 persen. Adapun selain kemasan kertas, pertumbuhan pasar kemasan juga dikontribusikan oleh plastik kaku 18 persen, dan sisanya terdiri atas gelas, metal, dan sebagainya.
Direktur Eksekutif Federasi Kemasan Indonesia Henky Wibawa mengatakan pertumbuhan pasar kemasan kertas tahun ini diperkirakan akan sejalan dengan ekspansi industri packaging secara keseluruhan pada tahun ini, yakni di angka 4 persen hingga 5 persen.
"Berkaitan dengan e-commerce, salah satunya kertas dan karton banyak dipakai untuk secondary packaging. Saya cukup yakin dengan pertumbuhan 4 hingga 5 persen, kami harapkan bertumbuh seperti itu," kata Henky kepada Bisnis, Rabu (30/3/2022).
Adapun, dengan proyeksi pertumbuhan 5 persen, pasar kemasan pada tahun ini berkisar Rp107,1 triliun hingga Rp110,2 triliun.
Baca Juga
Pertumbuhan industri ini juga didorong investasi baru, salah satunya yang baru-baru ini diumumkan Asia Pacific Resources International Limited (APRIL) Group Rp33,4 triliun.
Namun demikian, Henky juga menggarisbawahi dampak lingkungan dari tumbuhnya kemasan kertas. Isu sampah di industri kemasan kertas sebagian besar memang dapat ditanggulangi dengan penggunaan bahan baku daur ulang. Selanjutnya, yang harus lebih diperhatikan adalah sisi keberlanjutan pasokan bahan baku yang berasal dari kayu.
Selain itu, industri juga harus menyiapkan fasilitas daur ulang untuk produk kemasan kertas yang dilapisi plastik. Produk-produk tersebut umumnya digunakan dalam pengemasan makanan dan minuman.
"Tentunya industri daur ulang harus disiapkan. Yang sekarang dipakai [untuk kemasan makanan dan minuman] itu tidak bisa didaur ulang, karena ada gabungan [dengan plastik]. Itu yang menjadi masalah hari ini," kata Henky.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita sebelumnya menggarisbawahi unsur ekonomi sirkular pada industri kemasan kertas, selain juga plastik.
Dengan kebutuhan kemasan kertas dunia yang terus tumbuh mencapai rata-rata 3 persen dalam lima tahun terakhir, terbuka peluang untuk industri dalam negeri memenuhi kebutuhan global.
"Dalam konteks green economy, tidak hanya kertas, plastik juga memiliki potensi daur ulang. Jadi dengan kesadaran masyarakat dan industri yang makin kuat, saya memandang kedua komoditi ini, akan mampu mendukung circular economy, dan bisa berjalan beriringan," kata Agus.