Bisnis.com, JAKARTA - Anjloknya initial public offering (IPO) global berlanjut pada kuartal I/2022 akibat volatilitas yang dipicu oleh perang di Ukraina dan inflasi yang melonjak.
Bloomberg mencatat IPO sekitar US$65 miliar pada tiga bulan pertama tahun 2022, turun hingga 70 persen dari US$219 miliar ketimbang periode yang sama pada tahun lalu.
Dilansir Bloomberg pada Sabtu (26/3/2022), penurunan ini menjadi yang terparah sejak pandemi pada 2020.
Kenaikan suku bunga akibat memanasnya inflasi dan kekhawatiran investor terhadap peperangan Rusia di Ukraina telah menyebabkan gejolak pasar modal secara global.
"Saat ini mungkin menjadi periode terburuk dalam 5 tahun untuk sentimen pasar," ujar Kepala Pasar Modal dan Sindikasi CLSA Li Hang.
Cboe Volatility Index, ukuran perkiraan perubahan pasar, melonjak di atas 30 ketika Rusia menginvasi Ukraina dan rata-rata indeks sekitar 26 pada tahun ini.
Baca Juga
Hal ini menandakan IPO mungkin terlalu berisiko terhadap investasi untuk menerima selera yang cukup. Secara historis, sebagian besar listing global dilakukan saat indeks berada di bawah 25.
Namun, perusahaan energi terbarukan seperti Plenitude dan bisnis kecantikan Galderma bakal bertaruh menarik minat investor untuk penerbitan saham baru dalam beberapa bulan ke depan.
"Anda memerlukan pasar yang lebih stabil untuk menemukan tingkat di mana IPO dapat dilakukan," kata Wakil Kepala Pasar Modal Ekuitas Deutsche Bank AG untuk Eropa, Timur Tengah dan Afrika Saadi Soudavar.
Gejolak pasar yang semakin liar telah menghentikan IPO di New York hingga New Delhi.
Life Insurance Corp., yang berencana menggalang dana sebanyak 654 miliar rupee (US$8,5 miliar) sudah mulai mendekati garis waktu pertengahan pada Mei.
Penawaran tersebut akan menjadi salah satu listing global terbesar tahun ini.
Kendati demikian, kawasan Timur Tengah mungkin tidak merasakan hal yang sama.
IPO telah melawan tren global dan berlomba di Timur Tengah, di mana harga minyak yang tinggi dan kenaikan suku bunga membantu pasar regional mengungguli pasar internasional.
“Timur Tengah adalah satu titik terang di pasar ECM global yang tenang,” kata Andree Chakhtoura, Kepala Perbankan Investasi untuk Timur Tengah dan Afrika Utara Bank of America Corp.