Bisnis.com, JAKARTA - Platform e-commerce jual,beli, dan sewa properti PinHome menghadirkan program #CicilDiPinhome untuk memfasilitasi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan masyarakat berpenghasilan tidak tetap (Non-fixed Income/NFI) dalam memiliki rumah.
Berdasarkan data internal Pinhome, pembiayaan properti lembaga keuangan cenderung melayani segmen white collar atau masyarakat berpenghasilan tetap (fixed income).
Hal ini yang menyebabkan sekitar 70 persen penolakan pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) terjadi karena faktor eligibilitas atau kelayakan.
Pasalnya, terdapat bank yang tidak mau menyasar segmen MBR dan non-fixed income karena profil risikonya yang sulit.
CEO Founder Pinhome Dayu Dara Permata mengatakan melalui program ini, Pinhome bertujuan untuk mengatasi persoalan pembelian rumah bagi calon pembeli yang belum bisa masuk kriteria perbankan dalam pengajuan KPR yang seringkali menghambat konsumen untuk memiliki rumah yang terjangkau.
Di #CicilDiPinhome terdapat alternatif skema pembelian rumah dengan dicicil selama 1-20 tahun sambil menempati rumah tersebut.
Baca Juga
"Masyarakat masih mengalami hambatan yaknj Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) yang ketat untuk mendapatkan KPR, bahkan walaupun mereka mampu secara finansial," ujarnya dalam media briefing sscara virtual, Rabu (16/3/2022).
Selain itu, tahapan pengajuan KPR yang cukup panjang dan melibatkan banyak pihak juga menjadi salah satu concern dari pada calon pembeli.
"Untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut, Pinhome hadir untuk memberikan solusiyang lebih mudah agar masyarakat berpenghasilan rendah dan tidak tetap bisamemiliki rumah dengan lebih mudah," katanya.
Pinhome memiliki visi utama menjadikan properti lebih dapat diakses untuk meningkatkan penghidupan dan inklusi finansial untuk masyarakat Indonesia.
Tahun ini Pinhome menghadirkan solusi akses properti lewat program khusus untuk melayani segmen masyarakatberpenghasilan rendah dan tidak tetap melalui #CicilDiPinhome.
"Kami berharap dengan adanya program ini, semakin banyak orang bisa mendapatkan rumah impian mereka menuju penghidupan yang lebih baik," ucapnya.
Program #CicilDiPinhome ini didukung dengan proses yang anti ribet dan fleksibel, yang dipersembahkan melalui empat langkah mudah.
Pertama, konsumen dapat menentukan rumah idaman yang ingin dimiliki, dan Pinhome akan melakukan inspeksi terhadap legalitas rumah tersebut.
Langkah kedua adalah konsumen mengirimkan dokumen persyaratan seperti KTP, NPWP, bukti penghasilan, dan membayar first payment yang bersifat refundable. Terakhir, konsumen sudah bisa menempati rumah pilihan mereka dan membayar cicilan tiap bulannya sampai lunas.
Chief Commercial Officer Pinhome Muhammad Hanif menuturkan program #CicilDiPinhome dirancang untuk menjawab tantangan kepemilikan rumah yang seringkali dialami masyarakat.
Pihaknya juga melihat adanya sebagian konsumen yang sebenarnya sudah memiliki penghasilan yang mencukupi, namun belum bisa masuk kriteria KPR perbankan karena pendapatannya yang tidak tetap.
"Di #CicilDiPinhome kami berusaha menyederhanakan dokumen yang diperlukan calon pembeli, sambil tetapmenjaga keamanan transaksi karena semua rumah tapak yang masuk program inidapat dipantau melalui website Pinhome,” tuturnya
Program #CicilDiPinhome inimenawarkan berbagai unique value bagi konsumen, yaitu dengan tidak perlu adanya checking dari BI ataupun Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK), yang membuatprogram ini terbuka untuk mereka yang memiliki pendapatan tidak tetap. Selain itu, di Program #CicilDiPinhome tidak perlu ada income profile dengan cicilan yang fleksibel sampai 50 persen.
Meskipun terbilang baru, program #CicilDiPinhome ini terus dikembangkan dan disempurnakan oleh Pinhome, yaitu dengan menggandeng mitra developer di berbagai kawasan dan mitra lembaga keuangan.
Pada Desember tahun 2021, Pinhome telah menandatangani MoU dengan PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) yang merupakan BUMN dibawah kementerian keuangan yang khusus didirikan dalam mendukung sektor perumahan. Kerjasama tersebut dilakukan dalam rangka sinergi pemberian fasilitas kepemilikan rumah.
"Kerja sama ini nantinya akan merealisasikan Program KPR Sewa Beli dengan skema rent to own, merupakan produk yang ditujukan dalam rangka meningkatkan akses masyarakat berpenghasilan rendah nonfixed income untuk dapat memiliki hunian melalui skema sewa dan kemudiandilanjutkan dengan opsi membeli di tengah atau di akhir periode sewa," terangnya.
Direktur Sekuritisasi dan Pembiayaan PT Sarana Multigriya Finansial Heliantopo menuturkan SMF menjadi mitra Pinhome dalam memfasilitasi masyarakat khususnya yang memiliki keterbatasan akses pembiayaanbuntuk dapat memperoleh kesempatan yang sama dalam memiliki hunian yang layak.
Hal ini merupakan wujud dari kehadiran negara untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya MBR dalam rangka pemenuhan kebutuhan perumahan.
SMF sebagai Special Mission Vehicle (SMV) di bawah Kementerian Keuangan memiliki misi yang sejalan dengan Pinhome untuk dapat mewujudkan akses dan keterjangkauan setiap masyarakat di Indonesia untuk dapat memiliki hunian yang layak.
"Untuk itu, program sewa-beli diharapkan dapatmenjangkau segmen masyarakat yang selama ini memiliki keterbatasan akses [unbankable]," katanya.
Di sepanjang tahun 2021, Pinhome telah memungkinkan sektor properti untuk mempertahankan operasinya selama pandemi dan memperluas pangsa pasarnya melalui ekosistem platform digital.
Melanjutkan milestones tersebut, Pinhome senantiasa mengembangkan dan menyempurnakan layanannya demi mewujudkan visi untuk semakin mempermudah akses properti dan meningkatkan penghidupan daninklusi finansial untuk semua lapisan masyarakat Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda menuturkan pada tahun 2020, BPS menyebutkan bahwa lebih dari 71 juta penduduk berpenghasilan rendah di Indonesia, 15 persen diantaranya atau sekitar 11 juta jiwa belum memiliki rumah layak huni.
Salah satu hambatan utama yang dihadapi para calon pembeli adalah uang muka (down payment) yang mahal yang biasanya mencapai minimal 15 persen - 20 persen dari harga total rumah.
Terlebih, harga properti yang terus meroket memang menjadi kendala utama dalam memiliki rumah, terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
“Ditambah lagi dengan adanya dampak dari pandemi Covid-19, minat konsumen untuk membeli rumah segmen ini terhitung sedikit, karena pandemi berdampak cukup signifikan pada daya beli," ucapnya.
Oleh karena itu, perlu ada skema lain yang dapat mengakomodasi kebutuhan segmen ini yang tidak hanya bisa mendongkrak penjualan tetapi juga bisa memberikan angin segar kepada masyarakat berpenghasilan rendah dan tidak tetap.