Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia berpotensi menghasilkan kredit karbon yang dapat ditransaksikan di tingkat global untuk pencapaian target penurunan emisi di banyak negara, lantaran memiliki hutan dan lautan yang luas.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, Indonesia memiliki potensi pendapatan sebesar US$565,9 miliar atau sekitar Rp8.000 triliun dari perdagangan karbon dari hutan, mangrove dan gambut.
Hingga saat ini, harga jual karbon dunia berkisar antara US$5-10 per ton CO2. Harga jual karbon juga menjadi lebih tinggi setelah Hasil Kesepakatan COP-16, dimana semakin meningkatkan permintaan global terhadap kredit karbon.
Setidaknya, terdapat lima sektor penyumbang emisi karbon di Indonesia, yaitu kehutanan dan lahan, pertanian, energi dan transportasi, limbah, serta proses industri dan penggunaan produk.
"Berbagai kebijakan telah disiapkan untuk menanggulangi emisi karbon di berbagai sektor tersebut," kata Airlangga mengutip siaran pers, Selasa (15/3/2022).
Di bidang pertanahan, kebijakan yang disiapkan antara lain restorasi gambut, rehabilitasi mangrove, dan pencegahan deforestasi menjadi lahan pertanian.
Di bidang persampahan, termasuk pengelolaan sampah melalui ekonomi sirkular.
Selanjutnya, di sektor fiskal mencakup penerapan pajak karbon dan penghapusan subsidi energi secara menyeluruh pada 2030.
Kemudian, kebijakan di bidang energi dan transportasi misalnya dengan beralih ke kendaraan listrik hingga 95 persen dari total kendaraan dan menggunakan Energi Baru dan Terbarukan mendekati 100 persen pada tahun 2060.
Berkaitan dengan Energi Baru dan Terbarukan, Airlangga menyampaikan bahwa Indonesia sudah menerapkan program mandatori biodiesel B30.
"Program tersebut telah berhasil meningkatkan penggunaan energi terbarukan, mengurangi emisi karbon, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan petani kecil," ungkapnya.
Indonesia Berpotensi Raup Pendapatan Rp8.000 Triliun dari Perdagangan Karbon
Menko Airlangga menyampaikan, Indonesia memiliki potensi pendapatan sebesar US$565,9 miliar atau sekitar Rp8.000 triliun dari perdagangan karbon dari hutan, mangrove dan gambut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Ni Luh Anggela
Editor : Hadijah Alaydrus
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
10 jam yang lalu
Di Balik Aksi Lo Kheng Hong Borong Puluhan Juta Saham PGAS
14 jam yang lalu
Tekanan Berganda Harga Batu Bara dari China
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
44 menit yang lalu
Industri Petrokimia Menanti Momentum Pemulihan Tekstil
6 jam yang lalu