Bisnis.com, JAKARTA -- Kenaikan harga dan kelangkaan minyak goreng diperkirakan menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit. Simak rangkuman data seputar potensi kerugian ekonomi akibat kenaikan harga minyak goreng beserta data fluktuasi harganya di pasaran melalui tautan ini.
Berdasarkan laporan Institut for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), kerugian ekonomi akibat naiknya harga minyak goreng diperkirakan mencapai Rp3,38 triliun.
Nilai kerugian tersebut merupakan akumulasi dari dua periode pada April-September 2021 dan Oktober 2021-19 Januari 2022, sebagaimana dikutip DataIndonesia.id dari laporan tersebut.
Secara rinci, kerugian masyarakat akibat kenaikan harga minyak goreng pada April-September 2021 sebesar Rp0,98 triliun. Sedangkan, kerugian mencapai Rp2,4 triliun pada Oktober 2021-19 Januari 2022.
Berdasarkan kelas ekonominya, masyarakat dengan pengeluaran per kapita sebesar Rp1 juta-Rp1,5 juta per bulan mengalami kerugian paling besar, yakni 0,82 triliun.
Kerugian tersebut dihitung dengan menggunakan asumsi konsumsi minyak goreng sebesar 2,21 juta liter per hari. Selengkapnya di sini.
DataIndonesia.id juga merangkum fluktuasi harga berbagai komdoitas bahan pangan termasuk minyak goreng, cabai merah, cabai rawit, bawang putih, dan bawang merah. Selengkapnya melalui tautan ini.
Baca Juga
Pada pekan lalu, misalnya, harga minyak goreng tercatat turun namun di berbagai wilayah masih tercatat berada di atas HET. Selengkapnya di sini.
DataIndonesia.id juga menampilkan perkembangan harga berbagai komoditas utama seperti harga emas, perkembangan IHSG perbandingan indeks lokal dan global, serta data seputar perkembangan harga saham. Selengkapnya di sini dan di sini.